Artikel - Menyingkap romantisme semu para pemuja pada idola

id pemuja selebritas, cws,kpop,denny caknan,artikel hiburan Oleh Sizuka

Artikel - Menyingkap romantisme semu para pemuja pada idola

Penonton menyaksikan penampilan girl band asal Korea Selatan BLACKPINK pada konsernya yang bertajuk BLACKPINK BORN PINK In Jakarta di Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (11/3/2023). ANTARA FOTO/Rianti/Adm/nz

Dunia dengan segala pesonanya, menghadirkan banyak berhala-berhala baru. Pada panggung hiburan, berhala itu berupa idola...

Adakah jenis hubungan yang lebih unik (baca: aneh) dari parasosial, hubungan bersifat imajiner dan satu arah pula? Nyatanya, pengidapnya sangatlah banyak. Memang belum ada riset yang menyempatkan menghitung jumlah penyandang CWS, tapi setidaknya dapat terlihat dari kegilaan tingkah penggemar yang menempuh segala cara untuk mendatangi konser atau acara jumpa fans para selebritas, utamanya dari Korea Selatan, pun berbagai negara dan tak terkecuali artis Tanah Air.

Pada CWS tingkat tinggi, perilaku penggemar sudah sampai mencampuri urusan pribadi sang selebritas, bahkan terkesan mengatur, semisal sebaiknya kencan dengan siapa dan memilihkan jodoh yang dianggap cocok.

Mencari contohnya tak perlu jauh-jauh. Gelaran konser Denny Caknan mendadak sepi penonton, usai pelantun lagu-lagu berlirik Jawa itu menikahi Bella Bonita, keputusan yang cukup mengagetkan para penggemar. Sebab sebelumnya artis bernama asli Denny Setiawan itu telah digadang-gadang berjodoh dengan Happy Asmara, sesama penyanyi dangdut campursari, yang dinilai para fansnya lebih serasi. Memang boleh, para penggemar mencampuri urusan pribadi sang idola sebegitu jauhnya?

Perilaku yang dipandang para psikolog sebagai kelainan mental itu, dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya:

- Usia. Masa remaja pada rentang usia 11 hingga 17 tahun, mereka sangat rentan mengidap sindrom pemujaan selebritas, mungkin karena masih tergolong usia labil yang mudah silau dan terkagum-kagum pada dunia panggung dan figur publik. Seiring bertambah dewasa kemungkinannya bisa menurun, meski banyak juga orang dewasa berperilaku seperti remaja dalam memuja idola.

- Pendidikan. Orang berpendidikan dan memiliki intelegensi tinggi biasanya enggan merendahkan dirinya dengan memuja manusia lain. Kalau pun punya ketertarikan, dia bisa melihat sosok yang diidolakan secara seimbang melalui kepribadiannya. Sehingga kalangan ini hampir tidak berisiko terkena sindrom ini.

- Keterampilan sosial. Orang dengan keterampilan sosial rendah biasanya cenderung mencari pengisi kekosongan, maka sosok idola akan memenuhi kebutuhan itu.

- Jenis kelamin. CWS bisa saja menghinggapi laki-laki atau perempuan, tetapi karena sifat perempuan yang sentimental, maka mereka lebih berpotensi terjangkit sindrom itu.

Seperti berhala

Selain faktor usia, pendidikan, dan keterampilan sosial, kedalaman beragama juga mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengekspresikan kekagumannya pada manusia lain. Dengan pemahaman agama yang baik, insan beriman tidak akan membuat Tuhan cemburu karena terlalu mengagungkan sosok selain Dia. Agama mampu membuat segalanya menjadi seimbang, tidak berlebihan, dan sesuai porsi.


Baca juga: Hiburan - Tidak perlu menolak tua, Anda bisa bahagia di segala usia

Dunia dengan segala pesonanya, menghadirkan banyak berhala-berhala baru. Pada panggung hiburan, berhala itu berupa idola. Kehadirannya selalu dinanti, kedatangannya disambut teriakan histeris, bahkan tangis bahagia bisa pecah di arena konser atau jumpa fans sang bintang. Sementara aksi panggungnya bisa menyulut kegirangan tiada tara, dan kata-kata romantisnya direspons dengan termehek-mehek.

Baca juga: Artikel - 25 tahun berpulang, Putri Diana masih menjadi topik hangat

Paras cantik atau tampan, suara emas dan bakat akting serta talenta hebat lainnya yang menjadi sumber ketertarikan penggemar terhadap selebritas, semuanya adalah karunia Tuhan. Sangat pantas bila kekaguman atas hal-hal hebat itu ditujukan kepada yang mencipta sekaligus menjadi alasan untuk mengagungkan-NYA. Terhadap figur publik yang bertalenta bagus, cukuplah kita beri apresiasi sewajarnya.

Setiap pribadi manusia diciptakan dengan keunggulan dan keunikannya masing-masing, syukuri itu sebagai anugerah, dan jangan menempatkan diri terlalu rendah dengan menjadi pemuja bagi manusia lain.





 



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menyingkap romantisme semu para pemuja kepada idola