Hananudin menjadi satu-satunya pegawai yang berteman karib dengan ratusan ribu dokumen sastra koleksi PDS HB Jassin, mulai dari yang ditulis dengan goresan pena hingga ketikan mesin. Ia sudah lima tahun bertugas memelihara dan merawat lembar demi lembar sejak tahun 2018
Di tahun 2019, Hananudin mengikuti pelatihan Pelestarian Bahan Perpustakaan yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan Nasional (Pusdiklat Perpusnas).
Dari pelatihan tersebut, ia menjadi mafhum bila setiap hari harus bekerja sendirian di antara sela lemari besi yang sesungguhnya muat untuk dua orang.
"Zat asam memang bisa dicegah dengan sarung tangan, tapi makin banyak orang pegang malah bisa merusak dokumen," kata Hananudin.
Dokumen-dokumen seperti itu, lanjut Hananudin, membutuhkan perawatan khusus agar tidak cepat lapuk dan rusak.
Sebagai contoh, pengaturan suhu ruangan minimal 25° celsius, fumigasi setahun sekali, pengaturan pencahayaan ruangan, vakum debu ruangan setiap hari hingga pengecekan tingkat keasaman naskah dan kotak penyimpanan secara berkala.
Setiap hari, ia mengingatkan dirinya untuk tidak sembrono ketika melakukan proses preservasi dan restorasi terhadap dokumen-dokumen rapuh yang tidak memiliki salinan fisik tersebut. Tidak pernah satu hari pun Hananudin bekerja tanpa sarung tangan latex.
Adapun tugas hariannya tidak jauh-jauh dari pengkapsulan atau mengenkapsulasi setiap arsip koleksi PDS HB Jassin ke dalam lembaran map plastik yang dapat disegel rapat. Setelah itu, ia akan menyimpan lembaran map plastik yang sudah berisi naskah ke dalam kotak berbahan anti asam.
Namun begitu, Hananudin menerangkan tidak semua dokumen dapat langsung dienkapsulasi dan disimpan dalam kardus khusus. Tidak sedikit dokumen yang mengalami kerusakan, mulai dari tinta nyaris pudar, bolong di bagian tengah hingga robek di bagian pinggir.
Untuk dokumen yang demikian, ada proses penyelamatan atau restorasi terlebih dulu. Setiap dokumen yang memiliki lubang atau robek, ia tutup dengan bahan khusus sebelum akhirnya melanjutkan ke proses enkapsulasi. Sementara itu, naskah yang tintanya mulai pudar akan dikurangi kadar keasaman kertasnya dengan cairan basa.
Usai menyelesaikan proses preservasi maupun restorasi, tahapan berikutnya ialah pemindaian (scanning) agar dokumen-dokumen yang berumur lebih dari lima puluh tahun tersebut memiliki salinan digital.
Mewarisi dengan digitalisasi
Artikel - Merawat goresan karya sastra masa lalu
Sebagai bangsa yang besar sudah seharusnya ada sinergi untuk menyiapkan generasi selanjutnya yang berwawasan luas, kreatif, dan memahami asal-usul bangsanya...