Artikel - Terowongan Gaza jadi aspek vital dalam konflik Palestina-Israel

id Konflik Israel Palestina, Terowongan bawah tanah Gaza,Jalur Gaza,Serangan darat Israel,Artikel perang Oleh Jafar M Sidik

Artikel - Terowongan Gaza jadi aspek vital dalam konflik Palestina-Israel

Seorang warga memindahkan sebongkah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan-serangan udara Israel di Kota Khan Younis di Jalur Gaza bagian selatan pada Minggu (12/11/2023). Kantor media pemerintah di Gaza pada Minggu mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat serangan Israel mencapai 11.180 orang, termasuk hampir 8.000 anak dan perempuan, sementara 28.000 warga mengalami luka-luka. ANTARA/Rizek Abdeljawad/Xinhua/tm

...Saya melihat ada pertanyaan besar seputar apa yang diketahui dan tidak diketahui Israel, kata Martin seperti dikutip CBS News
Gaza sebenarnya memiliki pantai, tapi perairannya diblokade angkatan laut Israel. Alhasil, pintu Gaza ke dunia luar hanya perbatasan Gaza-Mesir di Rafah.

Karena dikurung dari segala sisi, warga Gaza lalu menggali terowongan hingga perbatasan Mesir-Gaza untuk mendapatkan kebutuhan mereka.

Israel memblokade Gaza untuk melemahkan Hamas sehingga rakyat Gaza kecewa untuk kemudian menjauhi Hamas. Padahal, Hamas berkuasa dari proses politik yang dianjurkan Barat, yakni Pemilu.

Tetapi Israel dan Barat khawatir oleh doktrin Hamas yang tak mau mengakui Israel.

Padahal, pandangan politik Hamas itu adalah antitesis dari kemandulan Barat dan kebebalan Israel dalam mengimplementasikan komitmen-komitmen internasional, termasuk Perjanjian Oslo 1993.

Perjanjian 1993 itu mengakhiri gerakan perlawanan bersenjata Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Melalui perjanjian itu, PLO mengakui eksistensi Israel, dan sebaliknya semua pihak sepakat membentuk Negara Palestina merdeka di Jalur Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur, pada 1999.

Ternyata sampai tahun 1999, negara Palestina tak kunjung berdiri. Sampai pemimpin PLO, Yasser Arafat, wafat pada 2004, negara Palestina tak berhasil diwujudkan.

Wajar jika rakyat Palestina kecewa berat, termasuk warga Gaza. Sikap mereka semakin keras, sampai menentang eksistensi Israel.

Gerakan Intifada adalah embrio yang membesarkan Hamas. Dan ketika pengaruh Hamas kian besar, Israel dan Barat merancang cara melenyapkannya dari proses politik, lewat pemilu 2006. Ironisnya, Hamas malah memenangkan pemilu itu.

Begitu menang pemilu, Hamas langsung diisolasi Israel. Setahun kemudian Jalur Gaza diblokade, setelah Fatah yang menjadi "sangat Hamas" terusir dari Gaza, dan kemudian memusatkan kekuasaan di Tepi Barat.

Blokade itu memaksa Hamas mencari cara untuk menunjukkan kepada warga Gaza bahwa mereka mampu memerintah Gaza. Bawah tanah pun menjadi pilihan. Sejak itu terowongan bawah tanah dibangun besar-besaran di Gaza.

Gaza pun lambat laun bisa membangun diri. Hamas menjadi kian populer, sampai Tepi Barat. Mereka dinilai efektif menjalankan pemerintahan Palestina di Gaza.

Perkembangan ini mencemaskan Israel karena Hamas yang berhasil membangun Gaza adalah ancaman bagi mereka. Israel juga tak mau "rumput di halaman depannya kian tinggi dan merambat liar ke mana-mana".

Untuk itulah, secara berkala Israel melancarkan operasi militer di Gaza bagai ritual "memotong rumput".

Dengan cara seperti itu, Hamas dipaksa terus memulai segala sesuatu dari bawah. Situasi itu juga membuat Hamas intensif merangkul perlawanan bersenjata. Mereka kian agresif melakukannya karena prilaku buruk pemukim Yahudi di Tepi Barat yang diduduki Israel.


Tak tahu pasti