Artikel - Memacu adopsi kendaraan listrik demi Bumi lebih hijau
Pemerintah memastikan untuk terus mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di tanah air, termasuk menyiapkan fasilitas pendukung seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU)...
Pemberian subsidi dan insentif merupakan cara pemerintah dalam mendukung pengembangan ekosistem industri KBLBB lantaran akan mendorong adopsi massal penggunaan kendaraan listrik.
Ekosistem kendaraan listrik sendiri merupakan sektor strategis yang memiliki potensi besar untuk mendukung pembangunan keberlanjutan, mempercepat inovasi dan mempercepat dekarbonisasi di Indonesia.
Bantuan insentif juga dinilai meningkatkan daya saing Indonesia untuk menggaet investasi di sektor kendaraan listrik. Dengan masuknya investasi dan produsen sektor tersebut ke dalam negeri, maka ekosistem kendaraan listrik akan semakin berkembang dan harganya bisa lebih kompetitif sehingga lebih terjangkau bagi publik.
Manfaat paling krusial dari transformasi dan elektrifikasi sektor transportasi, tentunya adalah pengurangan dampak negatif emisi gas rumah kaca untuk mendukung pemenuhan komitmen emisi nol karbon (net zero emission) dan memberikan kualitas lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Sektor transportasi sendiri merupakan salah satu sumber utama penghasil emisi karbon di Indonesia. Tercatat emisi karbon Indonesia pada tahun 2020 mencapai 280 juta ton CO2e. Angka tersebut bisa membengkak menjadi 860 juta ton CO2e per tahun pada 2060 mendatang sehingga elektrifikasi kendaraan harus dilakukan.
Pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia juga dilakukan bukan sekadar ikut tren global. Peluang pengembangan kendaraan listrik ada di genggaman Indonesia yang punya nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.
Sebagai salah negara yang memiliki cadangan nikel besar yaitu 21 juta ton atau 30 persen dari cadangan dunia, Indonesia berpotensi menjadi pemain strategis dalam industri baterai lithium di dunia.
Indonesia berkomitmen untuk membangun ekosistem baterai dan kendaraan listrik di tanah air mulai dari hulu ke hilir mulai dari tambang, pemurnian, pengolahan, produksi baterai dan kendaraan listrik, hingga daur ulang baterainya.
Pada 2030 mendatang, industri otomotif di dalam negeri ditargetkan dapat memproduksi 9 juta unit sepeda motor listrik roda dua dan tiga serta 600 ribu unit mobil dan bus listrik.
Target tersebut diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengurangan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 21,65 juta barel atau setara pengurangan emisi CO2 sebanyak 7,9 juta ton secara total.
Tancap gas pada 2024
Ekosistem kendaraan listrik sendiri merupakan sektor strategis yang memiliki potensi besar untuk mendukung pembangunan keberlanjutan, mempercepat inovasi dan mempercepat dekarbonisasi di Indonesia.
Bantuan insentif juga dinilai meningkatkan daya saing Indonesia untuk menggaet investasi di sektor kendaraan listrik. Dengan masuknya investasi dan produsen sektor tersebut ke dalam negeri, maka ekosistem kendaraan listrik akan semakin berkembang dan harganya bisa lebih kompetitif sehingga lebih terjangkau bagi publik.
Manfaat paling krusial dari transformasi dan elektrifikasi sektor transportasi, tentunya adalah pengurangan dampak negatif emisi gas rumah kaca untuk mendukung pemenuhan komitmen emisi nol karbon (net zero emission) dan memberikan kualitas lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Sektor transportasi sendiri merupakan salah satu sumber utama penghasil emisi karbon di Indonesia. Tercatat emisi karbon Indonesia pada tahun 2020 mencapai 280 juta ton CO2e. Angka tersebut bisa membengkak menjadi 860 juta ton CO2e per tahun pada 2060 mendatang sehingga elektrifikasi kendaraan harus dilakukan.
Pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia juga dilakukan bukan sekadar ikut tren global. Peluang pengembangan kendaraan listrik ada di genggaman Indonesia yang punya nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.
Sebagai salah negara yang memiliki cadangan nikel besar yaitu 21 juta ton atau 30 persen dari cadangan dunia, Indonesia berpotensi menjadi pemain strategis dalam industri baterai lithium di dunia.
Indonesia berkomitmen untuk membangun ekosistem baterai dan kendaraan listrik di tanah air mulai dari hulu ke hilir mulai dari tambang, pemurnian, pengolahan, produksi baterai dan kendaraan listrik, hingga daur ulang baterainya.
Pada 2030 mendatang, industri otomotif di dalam negeri ditargetkan dapat memproduksi 9 juta unit sepeda motor listrik roda dua dan tiga serta 600 ribu unit mobil dan bus listrik.
Target tersebut diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengurangan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 21,65 juta barel atau setara pengurangan emisi CO2 sebanyak 7,9 juta ton secara total.
Tancap gas pada 2024