Telaah - Mengenal peribahasa Jawa "Bathok Bolu Isi Madu"

id bathok bolu,filsafat pendidikan,artikel budaya,telaah,opini Oleh Sugiarso

Telaah - Mengenal peribahasa Jawa "Bathok Bolu Isi Madu"

Warga mengambil buah kelapa yang dihanyutkan di sungai Desa Dunggala, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Sabtu (23/12/2023). Warga memanfaatkan aliran sungai untuk mengirimkan kelapa yang dibeli dari pemilik pohon dari kebun untuk menghemat waktu dan tenaga dan kemudian dijual dengan harga Rp2.000 rupiah per buah untuk diolah menjadi produk turunan sabut kelapa, tempurung kelapa dan kopra. ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/aww. (ANTARAFOTO/Adiwinata Solihin)

...Peribahasa "bathok bolu isi madu" ini bukan sekadar sebuah peribahasa semata, namun mengandung nilai-nilai pengetahuan dan peradaban
Bathok bolu bukan sekadar peribahasa. Bathok bolu mengandung nilai filsafat pendidikan.

Bathok, menurut pandangan Ki Hajar Dewantoro, menjadi sarana untuk memerdekakan manusia dan tuntunan di dalam hidup. Hakikat pendidikan ialah memerdekakan manusia.

Merdeka memiliki dua pengertian, yaitu “bebas dari”, dan “bebas untuk”. Ki Hajar memaknai kemerdekaan bukan saja “bebas dari” (penjajahan atau intervensi negara/orang lain) serta berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain, tetapi bagi Ki Hajar yang paling penting adalah “bebas untuk”, yaitu dapat mengatur dirinya sendiri.

Bebas bukan berarti dapat berbuat semau-maunya, bebas tanpa aturan, bukan seperti itu

Merdeka yang sejati berarti dengan bebas menaati aturan-aturan (taat tanpa dipaksa, namun karena sadar) yang mempertinggi martabat manusia. Kebebasan sejati tidak melanggar kebebasan orang lain, tapi justru mengangkat kemerdekaan orang lain, yaitu dengan bebas menghargai (tanpa dipaksa, atau ditakut-takuti) bahwa dalam diri orang lain juga memiliki kemerdekaan yang sama dengan dirinya.

Kemerdekaan diri dibatasi oleh kemerdekaan orang lain. Kemerdekaan batin lebih penting daripada kemerdekaan fisik atau jasmani. Kemerdekaan batin terkait dengan kebebasan berpikir, berkehendak, berbuat dan berhubungan dengan orang lain.

Kemerdekaan batin merupakan ciri hakiki kemanusiaan atau humanisme. Kemerdekaan batin inilah yang membuat atau mencirikan manusia berbeda dengan binatang.

Dalam konteks bathok bolu, “bebas untuk” itu bebas untuk mengatur diri dengan orientasi yang jelas.

Ahli kurikulum miller dan seller dalam bukunya Curriculum: Perspective and Practices menjelaskan tentang 3 macam orientasi pendidikan, yakni orientasi transmisi, transaksi, dan trasformasi.

Orientasi pendidikan yang merdeka ini berpijak pada potensi diri, kodrat diri, individu, dan masyarakat untuk dipelihara supaya maju dan berkembang.

Orientasi transmisi bertujuan mewariskan ilmu dan iptek, dan budaya bathok dan dunia kelapa kepada generasi penerus. Pendidikan adalah bentuk dan sarana pewarisan kepada generasi muda untuk keberlanjutan masa depan masyarakat.

Pada orientasi transaksi, bathok dan dunia perkelapaan menjadi mitra dialog dengan murid dan masyarakatnya. Dialog memungkinkan lahirnya pemecahan masalah di masyarakat, melakukan rekonstruksi untuk membangun peradaban kelapa yang sesuai zamannya.

Orientasi transformasi menjadikan bathok dan dunia kelapa menuju pada perubahan humanistik, sosial, spiritual, ekonomi, lingkungan, ekologis dan non-ekologis yang transformatif harmonis.

Bathok bolu isi madu menjadi sentral transmisi, transaksi dan transformasi yang didasari memerdekakan manusia dan menuntun di dalam hidup. Pada orientasi transmisi, guru pemegang kendali pembelajaran, mentransfer pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap kepada murid untuk memastikan pewarisan itu terjadi.

Pada orientasi transaksi, pendidikan menggunakan cara “dialog” antara guru dengan murid, dengan kurikulum, dengan murid lain, dengan lingkungan, sehingga mampu memperkaya struktur kognitifnya dengan cara diolah, dianalisis dan disintesis.

Para guru memfasilitasi dan mendorong murid untuk mendapatkan solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Pendidikan adalah hasil dari usaha individu dalam memaknai pengalaman-pengalamannya yang berkaitan dengan dunia di sekitarnya.

Baca juga: Telaah - Fenomena lempar anjing ke buaya dan perlunya mengasah empati

Guru memfasilitasi dan mendorong murid untuk mendapatkan solusi masalah yang dihadapinya, merancang lingkungan belajar yang memungkinkan terjadinya penyelidikan terhadap berbagai problem pembelajaran menuju terbentuknya struktur kognitif yang baru (inquiry, problem centered).

Orientasi transformasi mendorong murid memiliki kemampuan untuk mengonstruksi sendiri pengetahuannya dengan jalan berinteraksi secara terus menerus dengan lingkungannya. Guru bertindak layaknya petani saat memberikan tuntunan dan perawatan potensi murid.

Baca juga: Telaah - NU-Muhammadiyah dan sang penjaga moralitas

Baca juga: Opini - Keberagaman sebagai jalan kesejahteraan

Baca juga: Telaah - El nino, diversifikasi, dan ketahanan pangan nasional


Guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi (menciptakan lingkungan belajar) agar proses konstruksi sosial kemasyarakatan siswa berjalan optimal (learner, community centered)

Kembali ke judul di atas, Bathok bolu isi madu: Adakah yang paham? Adakah yang peduli?


Sugiarso adalah (Koordinator Papuan Bridge Program PT Freeport Indonesia; Mahasiswa Program Doktor Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya).














 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bathok Bolu Isi Madu: Adakah yang mengerti dan peduli?