Kupang, NTT (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan atau year-to-year (yoy) pada Mei 2025 di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 1,77 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 107,63.
“Inflasi tahunan Mei 2025 untuk NTT sebesar 1,60 persen. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan dengan April 2025 yang mencapai 1,77 persen (yoy),” kata Kepala BPS Provinsi NTT Matamira B. Kale di Kupang, Senin.
Ia mengatakan bahwa inflasi Mei 2025 (yoy) terjadi karena adanya kenaikan sembilan dari sebelas kelompok pengeluaran.
Adapun kelompok pengeluaran dengan andil inflasi tertinggi adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,96 persen, lalu diikuti kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,49 persen.
Sementara itu, untuk kelompok yang mengalami deflasi terdalam atau penurunan harga signifikan terjadi pada kelompok transportasi sebesar 0,06 persen.
“Inflasi tertinggi seturut wilayah terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) sebesar 3,59 persen dengan IHK 109,78 sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Kupang 0,71 persen dengan IHK 106,56,” katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan indikator inflasi pada Mei 2025 Provinsi NTT mengalami deflasi bulanan atau month-to-month (mtm) NTT sebesar 0,40 persen.
Deflasi ini terjadi setelah pada April lalu, terjadi inflasi di NTT sebesar 0,22 persen (mtm).
Ia menyebutkan bahwa berdasarkan kelompok pengeluaran, deflasi pada Mei 2025 disebabkan oleh adanya penurunan dua kelompok pengeluaran dari sebelas kelompok pengeluaran yang disurvei.
Penyebab dominan deflasi tersebut, kata dia, adalah dari kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,35 persen dengan andil 0,51 persen.
Sementara berdasarkan wilayah, terjadi deflasi (mtm) di Waingapu, Maumere, Kabupaten Ngada dan Kota Kupang, sedangkan inflasi (mtm) terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
“Adapun komoditas yang mendorong deflasi tertinggi adalah ikan tembang, tomat, ikan kembung, sawit hijau, dan kangkung,” kata dia.