"Kita ingin menunjukkan pendekatan pengembangan pariwisata, kita itu punya karakter dengan visi yang jelas bahwa Parapuar dapat menjadi showcase dari berbagai keunggulan, kekayaan budaya, karakter dan keunikan kita," katanya dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (7/5).
Dia menyampaikan hal tersebut dalam Focus Group Discussion (FGD) review Master Plan Parapuar bersama Tim Ahli Review Master Plan Parapuar di Labuan Bajo.
Ia menjelaskan FGD tersebut merupakan langkah BPOLBF untuk mewujudkan budaya Manggarai, Flores secara optimal dan maksimal dapat terakomodir dan menjadi jiwa dalam master plan dan desain pengembangan Parapuar Labuan Bajo.
"Melalui showcase yang kita tampilkan dan diharapkan dapat mendorong wisatawan ke tempat-tempat yang termanifestasikan di Parapuar," ungkap Frans Teguh.
Ia juga menjelaskan FGD itu untuk memperkuat beberapa konten dan desain pengembangan kawasan terpadu Parapuar Labuan Bajo terutama dari segi unsur budaya.
Ia menambahkan penguatan konten budaya Manggarai dalam pengembangan Kawasan Parapuar Labuan Bajo merupakan strategi BPOLBF untuk memperkenalkan basis nilai budaya yang dinilai sebagai tonggak dalam pengembangan pariwisata.
Destinasi Parapuar Labuan Bajo, lanjut dia, diharapkan dapat menjadi model dan ruang etalase dari kekayaan kearifan lokal masyarakat Manggarai Raya dan NTT pada umumnya.
Seorang tokoh pecinta dan pemerhati budaya Manggarai Gabriel Mahal memberikan banyak masukan dan pandangan dalam pengembangan Kawasan Parapuar Labuan Bajo.
Ia menyampaikan beberapa poin penting tentang konten budaya yang harus ditampilkan di Parapuar seperti pola perkampungan, susunan rumah menurut statusnya dalam pola perkampungan, dan orientasi pola perkampungan masyarakat Manggarai yang sarat akan makna dan kearifan lokal.
Menurut Gabriel Mahal Parapuar Labuan Bajo ingin membangun kesadaran akan lingkungan dan budaya dan ketika membangun Parapuar, itu seperti membangun kampung baru.
Lebih lanjut jika membangun kampung baru maka harus mengikuti pola kampung lama orang Manggarai dan Parapuar Labuan Bajo dapat menyatukan itu semua dan merepresentasikan Gendang One Lingko Pe'ang.
"Itu adalah jiwa dari Parapuar, kawasan ini dapat memunculkan kembali pola perkampungan Masyarakat Manggarai," katanya.
Ia menjelaskan filosofi Gendang One Lingko Pe’ang merupakan ruang hidup orang Manggarai yang mencerminkan kedalaman nilai-nilai warisan leluhur.
Ruang ini, lanjut dia, secara umum mencakup lima bagian, yaitu Kampung (Beo Bate Elor atau Natas Bate Labar), Rumah Adat (Mbaru Bate Kaeng, Mbaru Gendang), Altar Persembahan (Compang Bate Takung), Kebun (Uma Bate Duat atau Lingko) dan Sumber Air (Wae Bate Teku).
Lebih lanjut, Gabriel Mahal juga menjelaskan selain konten-konten budaya, yang harus juga diperhatikan juga adalah ritual-ritual adat yang perlu dilakukan saat pembangunan atau pengembangan dilakukan di Parapuar Labuan Bajo.
"Selain itu, kita juga harus memperhatikan ritual adat yang perlu dilakukannya sehingga Parapuar punya spirit (semangat) dan value (nilai) yang saling terkoneksi," katanya.
Baca juga: Frans Teguh bilang yoga-meditasi aktivitas baru di Parapuar Labuan Bajo
Baca juga: Badan Otorita imbau pemilik kapal wisata pastikan kelayakan sebelum berlayar
Baca juga: Menparekraf ajak anggota REI investasi di Parapuar Labuan Bajo
Baca juga: Frans Teguh bilang yoga-meditasi aktivitas baru di Parapuar Labuan Bajo
Baca juga: Badan Otorita imbau pemilik kapal wisata pastikan kelayakan sebelum berlayar
Baca juga: Menparekraf ajak anggota REI investasi di Parapuar Labuan Bajo