Opini - Ketegangan geopolitik dan kebijakan bertetangga baik

id Asian way,geopolitik,politik global,ukraina,palestina,perdamaian dunia,Opini,Telaah Oleh Dr Taufan Hunneman*)

Opini - Ketegangan geopolitik dan kebijakan bertetangga baik

Batalion Indonesia yang tergabung dalam Pasukan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL) menggelar patroli di sepanjang perbatasan Lebanon dan Israel pada 23 April 2020. UN/Pasqual Gorriz

Sikap saling menghormati dan menghargai menjadi pintu masuk dalam penyelesaian sengketa wilayah yang terjadi...
Masih menurut Prabowo, baik di kawasan maupun global, Indonesia akan lebih memosisikan diri sebagai “tetangga yang baik” (good neighbour policy).

Di kawasan, kebijakan ini mengakar pada nilai-nilai Asia yang lebih menitikberatkan pada sisi harmoni daripada keakuan, lebih pada rasa ketimbang semata-mata rasio.

Gagasan Prabowo berbasis pada tradisi di negeri ini bahwa tetangga merupakan pihak yang dekat, yang akan menolong bangsa ini ketika sedang menghadapi kesulitan.

Tetangga yang akan segera datang menolong, bukan saudara kandung yang tinggal berjauhan. Good neighbour policy diyakini bisa diterapkan dalam kehidupan bernegara.

Sikap saling menghormati dan menghargai menjadi opsi untuk penyelesaian sengketa wilayah yang terjadi.

Seperti pengalaman Indonesia sendiri, yang pernah berkonflik dengan Malaysia dan Singapura, perkara itu bisa diselesaikan dengan kebijakan bertetangga yang baik.

Berdasar pengalaman mengatasi konflik Indonesia-Malaysia pertengahan dekade 1960-an dulu, termanifestasi pada kemampuan untuk menahan diri, lantas duduk bersama mencari solusi damai.

ASEAN sejatinya memiliki mekanisme solusi damai melalui "East Asia Summit, ASEAN Plus Three", hingga "ASEAN Outlook on Indo-Pacific".

Satu hal yang membedakan Shangri-La Dialogue tahun ini, dibandingkan waktu sebelumnya, adalah soal perang yang masih berlangsung di Gaza.

Konflik antara Israel dan Palestina menjadi keprihatinan dunia, mengingat dampaknya berupa tragedi kemanusiaan.

Tema diskusi Shangri-La Dialogue edisi 2024, untuk mencari cara pendekatan yang lebih segar dalam menghadapi tantangan keamanan global, dan lebih fokus pada ketegangan di Laut China Selatan (LCS).

Penetapan Presiden Ferdinand Marcos Jr. sebagai pembicara kunci merupakan sinyal bahwa ketegangan yang terjadi di LCS dianggap jauh lebih serius dan penting ketimbang konflik yang terjadi di kawasan lain.

Pada pidato kuncinya, Presiden Marcos Jr. menyebut bagaimana negaranya menghadapi provokasi dari negara lain, terhadap wilayah kedaulatannya.

Pidato Presiden Marcos Jr. jelas ditunjukkan kepada China karena beberapa kali terjadi insiden benturan kapal di wilayah perairan yang dipersengketakan.

Sekembalinya dari forum Shangri-La, Presiden Marcos Jr. berpesan kepada tentara Filipina-- saat berkunjung ke markas pasukan di Provinsi Isabella--, agar selalu dalam kondisi siaga tinggi.

Presiden Marcos Jr. menekankan bahwa ancaman eksternal kini semakin nyata, kian mengkhawatirkan, dan itulah sebabnya tentara Filipina harus bersiap.

Apa yang disampaikan Presiden Filipina tersebut adalah bagian dari dinamika politik global yang paling mencolok saat ini, yakni pertarungan kekuasaan dan perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dan China di kawasan Indo Pasifik.

Rivalitas keduanya berada pada sedikitnya empat dimensi, yakni teknologi, investasi, infrastruktur, dan keamanan. Beijing dan Manila sedang bersitegang dalam tensi tinggi karena kehadiran pasukan AS dan sekutunya dalam rangka latihan bersama dengan sandi Balikatan 2024.

Bahkan pada April lalu, AS menempatkan rudal yang memiliki kemampuan menjangkau sebagian pesisir China.

Selain rivalitas Amerika Serikat dan China, dinamika politik global lainnya yang cukup mencolok dan patut dicermati adalah konflik berlarut antara Rusia dan Ukraina.

Perang di antara kedua negara meletus sejak Februari 2022, menjadi puncak konflik di antara kedua negara sejak 2014.

Adapun motif yang diusung oleh Rusia terkait invasi ke Ukraina adalah menolak keanggotaan Ukraina ke dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang diasumsikan dapat mengancam keamanan nasional Rusia.

Konflik Rusia-Ukraina masih belum mereda menjelang konferensi perdamaian Ukraina, pertengahan bulan ini, di Burgenstock, Swiss.

KTT Perdamaian ini diharapkan bisa memberikan perlindungan politik kepada Ukraina sekaligus menekan Rusia untuk tidak terus melancarkan perang ke Ukraina. Pertemuan tingkat tingkat tinggi itu, tentu bisa menjadi salah satu jalan menuju perdamaian.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, sebagai salah satu pembicara utama dalam Shangri-La Dialogue, menyampaikan undangan secara khusus kepada Menhan Prabowo Subianto untuk hadir.

Partisipasi dan peran aktif Indonesia dalam KTT Perdamaian di Swiss itu, akan menunjukkan peran Indonesia sebagai aktor global penting.

Sebagai bangsa dengan sejarah panjang diplomasi dan mendorong perdamaian, salah satunya melalui Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 di Bandung.


Pancasila sebagai pemandu