Opini - Misteri Hormesis: Rahasia di balik dosis kecil

id hormesis,dosis,hormon,adaptasi,stresor,keseimbangan Oleh Dokter Dito Anurogo, M.Sc., Ph.D. *)

Opini - Misteri Hormesis: Rahasia di balik dosis kecil

Ilustrasi - Petugas kesehatan menyiapkan obat untuk pasien demam berdarah dengue (DBD) di RSUD Tamansari, Jakarta. (ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/Spt.)

...Di kehidupan yang terus berdinamika ini, hormesis mengajarkan kita untuk merangkul tantangan sebagai peluang. Ia mengingatkan kita bahwa dalam dosis kecil, kesulitan bukanlah musuh, melainkan guru yang membantu kita tumbuh

Sejak Paracelsus memantik ide dasarnya, para ilmuwan terus menelusuri jejak hormesis di berbagai bidang. Edward J. Calabrese, seorang tokoh besar dalam penelitian ini, telah mengumpulkan lebih dari 9.000 model hormesis yang membuktikan kehadiran fenomena ini di berbagai organisme, mulai dari bakteri hingga manusia. Hormesis tidak hanya berlaku untuk stresor fisik seperti panas atau radiasi, tetapi juga untuk bahan kimia seperti pestisida, antibiotik, hingga logam berat.

Dalam konteks molekuler, hormon adaptasi ini bekerja melalui jalur sinyal seperti AMPK (AMP-activated protein kinase), NRF2 (nuclear factor erythroid 2-related factor 2), dan NF-κB (nuclear factor kappa-B).

Jalur-jalur ini mengatur berbagai proses, mulai dari metabolisme energi hingga respon inflamasi. Dengan kata lain, tubuh kita memiliki perangkat bawaan untuk mengubah tantangan menjadi peluang. Namun, perangkat ini hanya diaktifkan ketika tantangan itu hadir dalam dosis yang tepat.

Ketika kita menua, tubuh kita secara alami kehilangan kemampuan untuk merespons stres dengan efisien. Di sinilah hormesis menawarkan secercah harapan.

Penelitian menunjukkan bahwa paparan stres ringan dapat memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kesehatan. Misalnya, olahraga teratur dengan intensitas sedang dapat meningkatkan kapasitas antioksidan tubuh, mengurangi inflamasi, dan memperbaiki fungsi mitokondria. Ini bukan sekadar olahraga; ini adalah seni merangkul ketidakseimbangan untuk mencapai keseimbangan baru.

Namun, hormesis juga memiliki sisi gelap. Jika dosisnya tidak tepat atau tubuh sudah terlalu rapuh untuk menghadapi stres tambahan, manfaat itu bisa berbalik menjadi kerugian. Fenomena ini terlihat jelas pada pasien lanjut usia atau mereka yang menderita penyakit kronis, di mana stres ringan sekalipun dapat memicu reaksi inflamasi berlebihan atau kerusakan jaringan.

Dalam ekosistem yang lebih luas, hormesis tidak hanya terbatas pada tubuh manusia. Tanaman, misalnya, menggunakan mekanisme serupa untuk bertahan dari kondisi lingkungan yang sulit. Ketika terpapar pestisida pada dosis rendah, tanaman tertentu dapat mengaktifkan gen yang meningkatkan ketahanan mereka terhadap hama. Ini adalah bentuk adaptasi yang menakjubkan, sebuah contoh lain bagaimana alam mengajarkan kita untuk menghargai tantangan.

Namun, tantangan terbesar dari penerapan hormesis pada manusia adalah memahami batasannya. Berapa dosis optimal yang memberikan manfaat tanpa memicu kerusakan? Pertanyaan ini menjadi inti dari banyak penelitian modern. Misalnya, dalam konteks radiasi, dosis rendah dapat merangsang perbaikan DNA dan meningkatkan daya tahan terhadap kanker, tetapi dosis tinggi jelas merusak.

Aplikasi di dunia medis