Menurut BMKG, 6 kabupaten di NTT berpotensi alami kekeringan hebat

id potensi kekeringan

Menurut BMKG, 6 kabupaten di NTT berpotensi alami kekeringan hebat

Area persawahan mengering akibat musim kemarau di Atambua, NTT. Berdasarkan data BMKG, ada enam kabupaten di NTT akan dilanda kekeringan meteorologis.(ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/kye)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kupang mencatat, ada enam dari 22 kabupaten/kota di provinsi berbasis kepulauan NTT ini, berpotensi mengalami kekeringan hebat.
Kupang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kupang mencatat, ada enam dari 22 kabupaten/kota di provinsi berbasis kepulauan Nusa Tenggara Timur(NTT) ini, berpotensi mengalami kekeringan hebat.

"Ke-enam wilayah kabupaten itu adalah Kabupaten Sikka, Kabupaten Lembata, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Belu dan Kota Kupang," kata Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Kupang, Apolinaris Geru kepada ANTARA di Kupang, Kamis (4/7).

Ia menjelaskan berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), teridentifikasi adanya potensi kekeringan meteorologis yang tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia, salah satunya adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Berdasarkan hasil monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) hingga tanggal 30 Juni 2019, terdapat potensi kekeringan meteorologis (iklim) di sebagian besar Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dengan kriteria panjang hingga ekstrim.

Khusus untuk wilayah NTT, kata Apolinaris, berdasarkan monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) sampai dengan dasarian 3 Juni 2019, pada umumnya mengalami HTH dengan kategori Menengah (11-20 hari) hingga kategori Sangat Panjang (31-60 hari).

Namun ada enam wilayah kabupaten ini yang sudah mengalami hari tanpa hujan (HTH) kategori ekstrem (>60 hari), sehingga mengalami kekeringan meteorologis.

Baca juga: Kekeringan ekstrem berpotensi landa Jawa-Bali-Nusa Tenggara
Baca juga: Petani Oesao kesulitan menanam akibat kekeringan