Jepang minta 40 ton kelor per minggu dari NTT

id Kelor

Jepang minta 40 ton kelor per minggu dari NTT

Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (kedua kanan) didamping Bupati Malaka Stefanus Bria Seran (kanan) mengunjungi lokasi budidaya tanaman kelor di Kecamatan Io Kufeu, Kabupaten Malaka, pada Sabtu (6/7/2019). (ANTARA FOTO/Dok)

Permintaan Jepang terhadap tepung kelor dari Nusa Tenggara Timur yang diproduksi BUMDes M'rian dari Desa Kufeu, Kabupaten Malaka sebanyak 40 ton per minggu.
Kupang (ANTARA) - Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Nusa Tenggara Timur, Sinun Petrus Manuk mengemukakan permintaan Jepang terhadap tepung kelor dari Nusa Tenggara Timur yang diproduksi BUMDes M'rian dari Desa Kufeu, Kabupaten Malaka sebanyak 40 ton per minggu.

"Produksi tepung kelor yang dikelola BUMDes M'rian di Kufeu membuat pihak perusahaan dari Jepang kepincut, mereka minta pasokan 40 ton per minggu," katanya kepada ANTARA di Kupang, Senin (15/7).

Ia mengatakan, tim dari Jepang sudah berkunjung ke Desa Kufeu untuk meneliti kondisi tanah, air, serta batang dan daun kelor dan mendapati hasil berupa kelor organik yang sesuai dengan kebutuhan pasat di negara "Bunga Sakura" itu.

Dijelaskannya, pemerintah provinsi telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Malaka serta pemerintah desa dan pengelola BUMDes M'rian untuk meningkatkan produksi untuk menjawab permintaan ekspor.

"Mengingat produksi kelor di Kufeu sudah bagus, sudah diolah menjadi aneka produk seperti tepung kelor, sabun, dan pelembab tubuh, hanya saja kapasitas produksinya masih kecil," katanya.

Ia menjelaskan, saat ini luas lahan untuk produksi tanaman kelor di Kecamatan Io Kufeu mencapai sekitar 80 hektare. Luas lahan potensial ini, lanjutnya, akan bertambah karena dikembangkan lagi pada sekitar lima desa di kecamatan setempat masing-masing sekitar 20 hektare.

Baca juga: NTT segera ekspor kelor ke Jepang pada September 2019

"Jadi total lahan nanti bisa mencapai hampir 200 hektare, ini yang sedang kami dorong bersama untuk menjawab permintaan pasar dari luar," katanya.

Petrus Manuk mengatakan, selain itu masih terdapat kekurangan fasilitas pengelolaan kelor di antaranya rumah pengering yang berjumlah hanya satu unit dan satu unit mesin penepung dengan kapasitas produksi 10 kilogram per jam.

Untuk itu, lanjutnya, pihaknya bersama beberapa pemerintah desa setempat telah bersepakat untuk membangun satu unit rumah pengering yang menyebar pada lima desa. "Saat ini rumah pengering sedang dibangun dan mudah-mudahan akhir Juli sudah dimanfaatkan," katanya.

Ia menambahkan, pihaknya juga telah menambah satu mesin penepung dengan kemampuan produksi 10 kilogram per jam untuk BUMDes M'rian di Desa Kufeu sebagai sentra produksi.

"Bantuan mesin selanjutnya akan bertambah lagi karena Bapak Gubernur (Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, red) sudah berjanji akan membantu 10 unit mesin dengan kapasitas yang lebih besar," katanya.

Baca juga: Tahun ini NTT mulai ekspor kelor ke Jepang
Baca juga: 10 mesin pengering kelor untuk BUMDes di Malaka