Benarkah PKS lebih siap jadi oposan?

id oposisi

Benarkah PKS lebih siap jadi oposan?

Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr Ahmad Atang, MSi. (ANTARA/Bernadus Tokan)

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dinilai lebih siap menjadi oposan dalam mengontrol jalannya pemerintahan jika dibanding Partai Amanat Nasional (PAN).
Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr Ahmad Atang, MSi menilai Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lebih siap menjadi oposan dalam mengontrol jalannya pemerintahan jika dibanding Partai Amanat Nasional (PAN).

"Di antara PAN dan PKS, saya masih percaya jika komitmen PKS sebagai partai yang berada di luar kekuasaan, untuk melakukan kontrol terhadap pemerintah dibandingkan PAN," kata Ahmad Atang di Kupang, Jumat (25/10).

Dia mengemukakan hal itu, menjawab pertanyaan seputar posisi politik PKS dan PAN, apakah mungkin masih tetap eksis menjadi oposisi dalam mengontrol pemerintahan Jokowi setelah masuknya Gerindra dalam lingkaran kekuasaan.

Menurut dia, PKS memilih jalan oposan bukan karena kecewa tidak mendapatkan jatah jabatan di pemerintahan, namun lebih karena pertimbangan ideologis dalam rangka membangun kualitas demokrasi melalui "check and balance".

Baca juga: Bisa efektifkah PAN, PKS dan Demokrat jadi oposisi?
Baca juga: Hidupkan oposisi untuk bangun demokrasi yang berkualitas


"Bahwa suara PKS secara kuantitatif politis tidak akan mampu mengubah keputusan, namun secara kualitatif politis jika kritikan dikemas secara rasional objektif akan mendapatkan apresiasi publik," katanya.

Karena itu, jika dilihat dari orientasinya, maka PKS jauh lebih siap sebagai partai oposan dibandingkan dengan PAN, katanya.

PAN kata dia, sebagai partai yang pernah ada bersama pemerintahan Jokowi jilid I, partai itu mengambil sikap oposan merupakan bentuk penistaan terhadap dirinya sendiri.

"PAN akan merasa tersiksa dan menyiksa diri karena ada di luar kekuasaan, sehingga posisi oposan saat ini menurut saya tidak akan bertahan lama," katanya.

PAN menurut dia, akan melihat peluang politik untuk mencari muka agar diakomodir kembali oleh Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Artinya, ke depan, PAN akan melalukan manuver sebagai bentuk bergaining politik, namun dugaan saya Jokowi tidak akan tertarik oleh manuver PAN, katanya menambahkan. 

Baca juga: Etiskah oposisi minta jatah menteri?
Baca juga: Mikhael Bataona sebut aneh negara demokrasi modern tanpa pengontrol