Rp50 miliar untuk atasi stunting di NTT

id stunting

Rp50 miliar untuk atasi stunting di NTT

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) NTT Lucky Frederich Koli. (ANTARA FOTO/Benny Jahang)

"Kami mengalokasi anggaran sebesar Rp50 miliar untuk penanganan stunting di NTT dalam tahun ini, karena pemerintah menanggapi kasus kekerdilan ini sesuatu yang sangat serius," kata Lucky Frederich Koli..
Kupang (ANTARA) - Pemerintah Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalokasikan dana sebesar Rp50 miliar untuk menangani kasus kekerdilan atau stunting di wilayah ini agar kasus tersebut terus berkurang mulai tahun ini.

"Kami mengalokasi anggaran sebesar Rp50 miliar untuk penanganan stunting di NTT dalam tahun ini, karena pemerintah menanggapi kasus kekerdilan ini sesuatu yang sangat serius," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) NTT Lucky Frederich Koli ketika dihubungi ANTARA di Kupang, Jumat (6/12).

Menurut dia, kasus stunting di NTT menyebar hampir merata di 22 kabupaten/kota se-NTT, namun yang terbanyak populasinya ada di tiga kabupaten di daratan Pulau Timor, yakni Kabupaten Timor Tengah Utara, Timor Tengan Selatan dan Kabupaten Kupang.

Ia mengemukakan,upaya yang dilakukan pemerintah NTT dalam mengatasi stunting dengan melakukan pendekatan sensitif yaitu semua anak remaja putri diberikan vitaman agar alat reproduksinya berfungsi secara lebih baik.

Selain itu, tambahnya bagi wanita yang berusia subur akan mendapat pembekalan dari lembaga keagamaan ketika akan menikah, sehingga mereka harus mendapat asupan gizi yang bagus.

Baca juga: 260 kabupaten/kota di Indonesia jadi prioritas penanganan kekerdilan
Baca juga: NTT jadi percontohan penanganan stunting di Indonesia


Selain itu juga mereka harus melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin guna menjamin anak dalam kandungan mendapat asupan gizi yang memadai pula.

"Bayi-bayi yang sudah dilahirkan wajib untuk dilakukan pemeriksaan di semua layanan kesehatan guna memastikan pertumbuhan dan kesehatan bayi berlangsung secara baik termasuk mendapatkan ASI eksklusif dari ibu bayi selama enam bulan," terangnya.

Menurut dia, para ibu-ibu hamil juga harus mendapat akses kesehatan yang memadai di semua layanan kesehatan di provinsi berbasis kepulauan ini.

Lucky mengatakan, paling penting dalam mengatasi persoalan stunting adalah kemudahan akses terhadap bahan makanan, air bersih dan sanitasi, serta rumah layak huni dan penerangan.

"Penyebab dari kasus stunting di NTT karena salah satu faktor di antaranya adalah sanitasi lingkungan yang kurang memadai," ujarnya.

Ia menambahkan, pemerintah NTT telah mengalokasikan anggaran Rp50 miliar untuk pembangunan infrastruktur jalan serta pelayanan kesehatan dan pembangunan rumah layak huni.

"Kami akan menggerakan semua sektor untuk mengeliminasi kasus stunting di NTT sehingga jumlah penderita kekerdilan dalam lima tahun ke depan, diharapkan semakin berkurang di NTT," demikian Lucky Frederich Koli berharap.

Baca juga: Artikel - Mungkinkah daun kelor bisa mengatasi kekerdilan? Ini penjelasannya
Baca juga: Artikel - Kenapa NTT tetap menjadi sarang stunting?