Butuh investasi Rp37,18 triliun untuk ekonomi NTT bisa tumbuh 7 persen

id pariwisata ntt,bank indonesia,investasi ntt

Butuh investasi Rp37,18 triliun untuk ekonomi NTT  bisa tumbuh 7 persen

Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur, I Nyoman Ariawan Atmaja. (Antara foto/Aloysius Lewokeda)

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen seperti yang diharapkan pemerintah daerah, maka butuh pertumbuhan investasi mencapai 9,33 persen persen atau senilai Rp37,18 triliun.

Kupang (ANTARA) - Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan  Nusa Tenggara Timur (NTT) I Nyoman Ariawan Atmaja mengatakan provinsi itu masih membutuhkan kehadiran investasi dengan nilai mencapai Rp37,18 triliun untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen.

“Jumlah nilai investasi ini berdasarkan perhitungan model ekonomi yang kami kembangkan di Bank Indonesia,” katanya di Kupang, NTT, Sabtu, (11/1).

Dia menjelaskan investasi merupakan struktur ekonomi yang masih perlu diperbaiki pemerintah daerah setempat, karena tercatat hingga November 2019 baru mencapai sekitar Rp4,6 triliun.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen seperti yang diharapkan pemerintah daerah, lanjut dia, maka butuh pertumbuhan investasi mencapai 9,33 persen persen atau senilai Rp37,18 triliun.

Menurut Ariawan, pada 2020 ini menjadi momentum bagi Pemerintah Daerah  NTT untuk mereformasi birokrasi, terutama urusan perizinan sehingga investasi bisa berkembang dengan baik.
Baca juga: Apa kata BI tentang pertumbuhan ekonomi NTT selama 2019
Baca juga: BI NTT luncurkan Program Sadar Rupiah


Menurut dia, NTT merupakan daerah tujuan wisata dengan potensi pariwisata yang melimpah di setiap daerah sehingga peluang investasi sangat terbuka.

“Potensi pariwisata ini menjadi kesempatan emas, bagaimana investasi itu bisa masuk secara masif di NTT,” kata I Nyoman Ariawan Atmaja.

Dia menambahkan pertumbuhan ekonomi di provinsi berbasiskan kepulauan itu sejauh ini ditopang konsumsi rumah tangga dan pengeluaran atau belanja pemerintah, serta investasi.

Karakteristik pertumbuhan ini, lanjut dia, masih belum mencerminkan kondisi yang ideal karena investasi masih berada pada urutan akhir.

“Ini yang masih jadi pekerjaan rumah sehingga sinergi antara pemerintah daerah dengan seluruh stakeholder perlu diperkuat lagi untuk mendorong pertumbuhan investasi,” katanya.