Kupang, NTT (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada periode Februari 2025 Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami inflasi sebesar 0,47 persen secara tahun ke tahun (yoy).
“Kondisi ini naik dibandingkan Januari 2025 yang mengalami deflasi sebesar 0,06 persen year on year (yoy),” kata Kepala BPS Provinsi NTT Matamira B. Kale dalam siaran daring di Kupang, Senin.
Ia menjelaskan kondisi tersebut terjadi karena adanya kenaikan delapan dari sebelas kelompok pengeluaran.
Adapun kelompok pengeluaran tertinggi (yoy) terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil inflasi sebesar 1,57 persen.
Sedangkan deflasi terdalam terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga karena dengan andil 1,69 persen akibat adanya diskon tarif listrik.
“Untuk inflasi tertinggi terjadi di Maumere sebesar 1,68 persen (yoy) dan inflasi terendah terjadi di Kota Kupang sebesar 0,01 persen (yoy),” kata dia.
Sementara itu, secara bulanan atau month to the month (mtm) inflasi NTT pada Februari 2025 mencapai 0,37 persen.
Ia menjelaskan bahwa kondisi ini berbeda bila dibandingkan Januari 2025 yang mengalami deflasi 0,27 persen (mtm).
“Inflasi secara bulan ke bulan tertinggi terjadi di Waingapu sebesar 0,82 persen (mtm), lalu diikuti Maumere sebesar 0,32 persen (mtm),” jelasnya.
Inflasi Februari 2025 (mtm), kata dia, karena adanya kenaikan tujuh dari sebelas kelompok pengeluaran.
Inflasi berdasarkan kelompok pengeluaran terbesar (mtm) ada pada kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil inflasi sebesar 0,41 persen.
Sementara penghambat inflasi (mtm) adalah kelompok transportasi dengan andil deflasi sebesar 0,06 persen.