Pengamat: Perlu langkah serius atasi flu babi Afrika di NTT

id virus ASF,flu babi ntt,pengamat peternakan,Undana Kupang

Pengamat: Perlu langkah serius atasi flu babi Afrika di NTT

Pengamat masalah peternakan dari Undana Kupang, Dr. Ir. Yohanes Ly, M.MSc. (ANTARA/Bernadus Tokan)

Solusinya hanya berupa pencegahan saja, dan ini harus dilakukan secara serius karena belum ada vaksin yang bisa mengobati serangan virus ini.
Kupang (ANTARA) - Pengamat peternakan dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Dr Ir Johanis Ly MSc mengatakan pemerintah perlu mengambil langkah serius dalam mengatasi serangan virus flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) yang telah menyebabkan ribuan ekor ternak babi di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT) mati.

"Solusinya hanya berupa pencegahan saja, dan ini harus dilakukan secara serius karena belum ada vaksin yang bisa mengobati serangan virus ini," kata Pengajar pada Fakultas Peternakan Undana Kupang itu kepada ANTARA di Kupang, Jumat (13/3), terkait serangan virus ASF dan solusi yang bisa ditawarkan.

Wabah virus babi yang menyerang ternak babi di Pulau Timor dalam beberapa pekan terakhir ini cukup meresahkan. Ribuan ekor ternak babi dilaporkan mati setelah mengalami gejala awal tidak mau makan selama beberapa hari.

Di Kabupaten Kupang misalnya, pada pekan ini, tercatat lebih dari 1.700 ekor ternak babi mati karena terkena virus flu babi ini.

Baca juga: Ribuan ekor ternak babi di Kabupaten Kupang mati akibat virus ASF

Johanis Ly mengatakan ,pemerintah bisa mengambil langkah-langkah pencegahan dengan memperketat biosecurity di kandang, terutama peternak yang belum terkena dan terduga virus ASF.

"Pemerintah bisa mengimbau peternak dan pelaku pasar untuk melakukan hal ini sebagai tindakan pencegahan," katanya.

Baca juga: Pusat pembibitan babi di NTT terserang virus ASF

Selain itu, pengumpul atau pedagang yang selalu berjalan mengelilingi kandang mencari ternak babi perlu dibekali pengetahuan tentang masalah virus ini, bila perlu dilarang dan polisi pamong praja bisa berperan untuk tindakan ini.

Menurut dia, pengumpul atau pedagang dapat menjadi media yang mempercepat penyebaran virus ini dari satu lokasi ke lokasi lain.

Hal lain yang perlu dilakukan pemerintah adalah para pemilik modal atau pemilik restoran yang memesan babi juga harus dibekali pengetahuan tentang serangan virus ini, sehingga restoran juga tidak ikut berperan sebagai media penyebar virus ini.

Baca juga: Pemerintah tutup lalu lintas ternak babi dari dan ke NTT

Lalu lintas

Dia menambahkan upaya lain yang dapat dilakukan adalah memperketat lalu lintas ternak antar kandang dan peternak.

Menurut dia, BPOM perlu diberi tambahan tugas untuk mengawasi lalu lintas ternak, bila perlu memeriksa kebersihan daging babi di pasar dan di rumah-rumah makan untuk memastikan bahwa daging yang dijual di rumah makan itu bebas dari virus ASF.

"Kalau dapat, pemerintah bisa buatkan aturan bahwa ternak yang boleh dijual hanya daging babi yang sehat, sehingga pedagang hanya boleh menerima babi yang sehat saja," katanya.

Aturan tersebut, sekaligus melarang penjualan daging yang berkeliaran, apalagi menjual daging yang tidak aman karena dapat menjadi media penyebaran virus yang paling cepat.

Karena virus ASF bukan saja menyebar melalui ternak dan daging babi, tetapi juga melalui orang yang melewati daging babi atau makan daging babi yang tercemar tetapi tidak dimasak dengan baik, demikian Johanis  Ly.

Baca juga: Cegah virus ASF, Pasokan ternak babi dilarang masuk Flores Timur