Kupang (Antara NTT) - Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) El Tari Kupang Wisnu Wardhana mengatakan wilayah Nusa Tenggara Timur merupakan daerah yang paling rawan terkena dampak angin munson timur.
"Nusa Tenggara Timur khususnya Pulau Timor, Sabu, Sumba, Rote dan Alor menjadi garda terdepan yang berhadapan langsung dengan angin munson timur, akibat perbedaan tekanan udara," kata Wisnu Wardhana kepada Antara di Kupang, Kamis.
Dia mengemukakan hal itu berkaitan dengan wilayah-wilayah yang paling terkena dampak angin munson timur yang saat ini melanda wilayah itu.
Saat ini Australia memasuki musim dingin, sedangkan Asia memasuki musim panas. Ada sebagian aliran udara Australia masuk ke Asia dan menyebabkan perbedaan tekanan udara.
"Dampak angin ini adalah gelombang menjadi tinggi sehingga nelayan susah untuk melaut," katanya.
Selain itu, banyak polutan yang beterbangan dan bila dihirup maka akan timbul penyakit seperti infeksi tenggorokan dan batuk, rendahnya kelembaban udara bisa menimbulkan kulit kering dan dehidrasi.
Suhu yang cukup tinggi dan kelembaban yang berkurang juga menimbulkan potensi kebakaran.
Selain itu, peluang terjadinya baliho jatuh dengan konstruksi kurang baik juga mengalami peningkatan. Karena itu diperlukan kewaspadaan masyarakat untuk sekarang ini.
Khusus untuk gelombang laut, dia gelombang setinggi empat meter berpotensi terjadi di perairan laut Nusa Tenggara Timur.
"Untuk Jumat, 9 Juni, tinggi gelombang maksimal empat meter dan tinggi menimum 0,5 meter. Hanya perairan Utara NTT yang berada pada posisi gelombang 0,5-1,25 meter," katanya.
Selain itu, wilayah perairan laut lainnya di NTT minimal setinggi dua meter sehingga harus diwaspadai, katanya.
Gelombang besar
Ia menambahkan akibat adanya perbedaan tekanan tersebut, ikut mempengaruhi pergerakan angin yang menjadi terjadinya gelombang besar di wilayah perairan NTT.
"Kami mengimbau perusahaan pelayaran serta kapal-kapal nelayan untuk tetap waspada saat berlayar di wilayah perairan NTT, karena tinggi gelombangnya saat ini sudah mencapai empat meter," katanya..
"Untuk Jumat, 9 Juni, tinggi gelombang maksimal empat meter dan tinggi minimum 0,5 meter. Hanya perairan Utara NTT yang berada pada posisi gelombang 0,5-1,25 meter," kata Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) El Tari Kupang, Wisnu Wardhana kepada Antara di Kupang, Kamis.
Selain itu, wilayah perairan laut lainnya di NTT minimal setinggi dua meter sehingga harus diwaspadai, katanya. Gelombang maksimal dapat mencapai dua kali tinggi gelombang dari yang diprakirakan saat ini.
Menurut dia, gelombang yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini dipicu oleh tekanan tinggi di Australia yang mempengaruhi kecepatan angin di wilayah NTT.
"Memang sebagai pemicu utama adalah tingginya tekanan di wilayah Australia karena pada musim kemarau (aktifnya angin monsun timuran)," katanya.
Selain disebabkan angin dari Australia ini tidak mengalami gangguan dan juga kerapatan isobar masih cukup rapat.
"Tetapi sudah sedikit menjauh sekarang (sehingga kecepatan angin maksimun berkurang, tetapi masih tergolong dan angin kencang)," katanya menjelaskan.
Dampak dari angin kencang inilah yang menyebabkan gelombang tinggi di beberapa wilayah perairan NTT, katanya menjelaskan.
Mengenai cuaca, umumnya cerah berawan. Arah angin dari Timur Laut-Selatan dengan kecepatan 2-6 Skala Beaufort, katanya.