Manggarai Barat petakan daerah rawan bencana

id BPBD, NTT, Labuan Bajo,manggarai barat

Manggarai Barat petakan daerah rawan bencana

Titik longsor di kabupaten Manggarai Barat beberapa tahun lalu. ANTARA/HO-BPBD Manggarai Barat.

Kami sudah mulai petakan, dan beberapa daerah memang sudah masuk dalam zona merah berkaitan dengan bencana alam
Kupang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, mulai memetakan daerah rawan bencana hidrometeorologi di daerah itu untuk mencegah jatuhnya korban akibat bencana longsor atau lainnya.

"Kami sudah mulai petakan, dan beberapa daerah memang sudah masuk dalam zona merah berkaitan dengan bencana alam," kata Pelaksana Kepala BPBD Manggarai Barat Dominikus Hawan saat dihubungi ANTARA dari Kupang, Rabu, (21/10).

Hal ini disampaikannya berkaitan dengan upaya pemerintah daerah untuk mengantisipasi bencana Hidrometeorologi, seperti curah hujan tinggi, angin kencang yang terjadi saat musim hujan yang berujung pada longsor.

Dominikus mengatakan kurang lebih ada enam sampai tujuh kecamatan di Kabupaten Manggarai Barat yang masuk dalam kawasan zona merah bencana hidrometeorologi.

Sejumlah kecamatan itu, di antaranya Mbeliling, Ndoso, Pacar, Komodo, Kuwus, Kuwus Barat, Kecamatan Sano Nggoang dan juga Kecamatan Lembor.

"Bencana-bencana yang terjadi di daerah itu, seperti longsor dan banjir yang bisa saja merenggut nyawa warga setempat," ujar dia.

Oleh karena itu, ujar dia, berbagai imbauan-imbauan sudah mulai dilakukan kepada masyarakat disertai instruksi-instruksi yang dilakukan oleh BPBD Kabupaten tersebut untuk para camat dan kepala desa.

Ia tak ingin kejadian banjir dan longsor yang terjadi pada beberapa tahun lalu akibat curah hujan yang tinggi yang merenggut banyak nyawa kembali terjadi.

Terkait pola antisipasi yang dilakukan, ujar dia, pihaknya tak langsung menyiapkan logistik sebagai persiapan untuk mengantisipasi bencana, namun saat ini fokus untuk pemetaan yang dilakukan dengan berpatroli udara.

"Kalau pola kami mungkin berbeda dengan daerah lain. Jadi pola kami tidak langsung menyiapkan logistik. Jadi jika ada bencana baru kami kaji berapa banyak anggaran dan berapa banyal logistik yang harus disalurkan. Sebenarnya gampang, karena kalau ada bencana baru kami siapkan semuanya," ujar dia.

Sebelumnya Badan Meteorologi Geofisika Klimatologi (BMKG) Kupang memprakirakan awal musim hujan 2020/2021 di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai terjadi pada akhir Oktober 2020.

Baca juga: Belasan kabupaten di NTT diimbau siaga hadapi kekeringan meteorologis

Baca juga: Labuan Bajo, pilot project manajemen krisis bencana


Forecaster Klimatologi Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang, Destan Beis mengatakan secara keseluruhan wilayah NTT memasuki musim hujan pada akhir November hingga Desember 2020.

Sementara itu, berdasarkan prakiraan sifat hujan di NTT yakni 96 persen wilayah bersifat normal dan 4 persen di atas normal.