274 Korban Kebakaran Direlokasi

id lalap

274 Korban Kebakaran Direlokasi

Kebakaran menghabiskan 28 rumah adat dan dua unit rumah ibadah bagi kalangan Marapu di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur pada Minggu (8/10).

"Para korban kebakaran telah direlokasi ke pasar lama yang tak jauh dari kawasan kampung Tarung agar bisa terpantau oleh pemerintah," kata Agustinus Niga Dapawole.
Kupang (Antara NTT) - Pemerintah Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur merelokasi 274 jiwa korban kebakaran di Kampung Adat Tarung ke lokasi pasar sambil menunggu diperbaikinya kembali 30 rumah adat yang menjadi salah satu destinasi wisata di daerah itu.

"Para korban kebakaran telah direlokasi ke pasar lama yang tak jauh dari kawasan kampung Tarung agar bisa terpantau oleh pemerintah," kata Bupati Sumba Barat Agustinus Niga Dapawole saat dihubungi Antara dari Kupang, Senin.

Relokasi terhadap 274 jiwa warga Kampung Adat Tarung tersebut, karena rumah adat mereka dilalap si jago merah pada Minggu (8/10). Ada sekitar 28 rumah adat dan dua buah rumah ibadah bagi kepercayaan Merapu, ludes dilalap api.

"Saat kejadian tak ada warga di kampung adat itu. Hanya ada anak-anak saja, sehingga warga pun tak mampu memadamkan kobaran api yang mulai menyulut rumah adat yang tertata rapi itu," ujarnya.

Pemerintah daerah Sumba Barat langsung mengelar rapat untuk membahas dan membuka posko peduli Kampung Tarung untuk menampung berbagai bantuan yang bisa disalurkan kepada para korban.

Pemerintah Sumba Barat juga menyediakan nomor rekening BRI : 0235.01.001626.30.5 atas nama Humas Pemda Sumba Barat agar jika ada yang menjalurkan bantuan bisa melalui nomor rekening tersebut.

"Kalau kerugiannya saya tidak tahu pasti. Namun yang pasti bisa mencapai miliaran rupiah, sebab semua barang-barang kebutuhan masyarakat adat yang ada di dalam rumah itu hangus terbakar," tambahnya.

Tak hanya rumah, batu kuburan yang ada di kawasan kampung adat tersebut juga pecah semua, sehingga masyarakat setempat akan bergotong royong untuk memperbaikinya pada Selasa (10/10)..

Karena pada Minggu (22/10) akan dilaksanakan perayaan Wulla Poddu yang sudah menjadi tradisi dari masyarakat di Sumba Barat.

Wulla Poddu adalah bulan suci bagi penganut Marapu. Di bulan suci itu, terdapat sejumlah larangan atau pamali yang harus dipatuhi oleh penganut Marapu, seperti tidak boleh membangun rumah, mengadakan pesta, serta dilarang memukul gong dan menangis bagi warga yang meninggal dunia.

Selama Wulla Poddu berlangsung, penganut Marapu wajib berpuasa memakan daging babi dan anjing. Mereka hanya mengkonsumsi sayur-sayuran serta daging ayam dan nasi selama sebulan penuh.

Ia pun berharap agar rumah adat di Kampung Tarung itu perlahan-lahan dibangun kembali sehingga kebudayaan masyarakat Marapu tetap terjaga.

Sebelumnya Kapolres Sumba Barat AKBP Muhammad Erwin mengatakan kurang lebih 30 rumah adat yang terdiri dari 28 rumah adat dan dua rumah ibadah kepercayaan Marapu itu ludes terbakar dilalap si jago merah.

Aparat kepolisian setempat sudah mengerahkan water cannon serta dibantu oleh puluhan mobil tangki air, namun tak sanggup memadamkan kobaran api tersebut.