YBTS Perkenalkan 31 Varietas Sayur Kepada Petani

id YBTS

YBTS Perkenalkan 31 Varietas Sayur Kepada Petani

Kubis varietas baru

YBTS bersama dengan PT East West Seed Indonesia (Ewindo), produsen benih sayuran tropis hibrida cap panah merah memperkenalkan 31 varietas sayuran kepada para petani di Kabupaten TTS, Rabu.
SoE, NTT (Antara NTT) - Yayasan Bina Tani Sejahtera (YBTS) bersama dengan PT East West Seed Indonesia (Ewindo), produsen benih sayuran tropis hibrida cap panah merah memperkenalkan 31 varietas sayuran kepada para petani di Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, Rabu.

"Varietas sayur tersebut di antaranya Kubis sehati F1, Paria Raden F1, Oyong anggun F1, Labu Supresma F1, Kacang Panjang Kanton Tavi, Bawang merah Tuk-Tuk, Cabai Rawit Dewata 43 F1, Buncis Maxipro dan Melon Aramis F1," kata Ketua YBTS Edwin Saragih kepada wartawan di Desa Kesetnana, Kecamatan Molo Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Hal ini disampaikannya saat digelarnya Expo hasil perkebunan para kelompok tani di TTS dengan tema Membingkai Kemitraan dan Kebersamaan Melalui Budidaya Sayuran Yang Berkelanjutan yang melibatkan petani dari kelompok tani Desa Oinlasi, Desa Pusu, Desa Oe-ue, Desa Noemeto, Kota SoE, dan Desa Boentuka serta tiga desa di Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang.

Edwin menjelaskan kegiatan Expo tersebut bertujuan untuk memperkuat penghidupan dan mencetak petani yang tangguh dalam meminimalisir risiko bencana iklim terutama musim kering berkepanjangan yang sering terjadi di kawasan Indonesia Timur.

"Kami optimistis petani NTT akan menjadi petani sayuran yang tangguh dan adaptif terhadap kondisi iklim yang pada ujungnya mampu meningkatkan kesejahteraan mereka," tambahnya.

Edwin Saragih menjelaskan, untuk mencapai tujuan tersebut telah dan akan dilaksanakan sejumlah kegiatan, diantaranya adalah transfer pengetahuan tentang cara bertanam yang baik kepada kelompok-kelompok tani melalui serangkaian pelatihan dan demo-plot.

Selain itu juga dilakukan upaya perlindungan dan konservasi sumber mata air, konstruksi sarana air untuk irigasi lahan pertanian, peningkatan akses petani terhadap data/informasi iklim, peningkatan pendapatan petani termasuk pendampingan pengolahan dan pengemasan produk pertanian serta membuka akses pasar.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik NTT, produksi sayuran di Provinsi NTT sebesar 10.312 ton pada tahun 2016. Namun, secara kuantitas angka ini terus menurun jauh dari produksi sayuran di NTT pada tahun 2015 yakni sebesar 13.102 ton dan 13.609 ton pada tahun 2014.

Menurut Edwin produksi sayuran ini penyebab terbesarnya adalah musim kemarau panjang yang melanda NTT dalam beberapa tahun terakhir, dimana musim kemarau terjadi sejak bulan Mei hingga bulan Oktober yang diperkirakan merupakan puncak musim kemarau.

Selain bencana kekeringan, kurangnya informasi dan pengetahuan budidaya pertanian merupakan hambatan yang dialami oleh petani di wilayah NTT yang berdampak pada minimnya pendapatan yang diperoleh, sehingga penting bagi petani untuk dapat beradaptasi dan mengelola air sebaik mungkin untuk penghidupan pertaniannya. 

Saat ini, petani lebih banyak memanfaatkan musim hujan untuk penanaman padi dan palawija untuk memiliki persediaan pangan.

Kondisi iklim dan permasalahan ini juga melanda wilayah yang merupakan coverage pendampingan YBTS yang sebagian besar mengalami masalah kekeringan terbesar.

Oleh karena itu, melalui pembelajaran pada demo plot di setiap kelompok dampingan, Bersama Dinas Tanaman Pangan, hortikultura dan Perkebunan TTS, YBTS melakukan transfer ilmu dan pengetahuan tentang usaha budidaya sayuran yang teritegrasi dengan upaya konservasi tanah dan air.

"Kegiatan ini juga diharapkan mampu meningkatan kepercayaan diri petani untuk melakukan budidaya sayuran dan merasakan manfaat melalui penjualan hasil yang diperoleh serta memberikan penguatan kapasitas berupa Pelatihan perencanaan usaha bagi kelompok tani dampingan," tambah Edwin.

Lebih lanjut ia menambahkan proyek peningkatan penghidupan dan ketangguhan ini dimulai awal tahun 2014 di tiga desa yakni Ponain dan Kotabes Kabupaten Kupang dan Desa Tubuhue kabupaten Timor Tengah Selatan, serta sudah memberikan dampak positif bagi desa-desa sekitarnya.

Proyek itu juga menyasar lebih 400 kepala keluarga agar lebih sejahtera dan lebih tangguh dalam menghadapi khususnya ancaman kekeringan di desa mereka.

"Melalui program alih teknologi dan penggunaan benih unggul berkualitas yang disinergikan dengan kegiatan pengurangan risiko bencana, adaptasi perubahan iklim serta konservasi air dan lingkungan, kami optimistis ketahanan pangan di Indonesia Timur khususnya untuk sayuran dapat segera tercapai. Lebih dari itu ketika kesejahteraan petani sayuran meningkat perekonomian di perdesaan juga akan ikut tumbuh," kata Edwin.