Kupang (Antara NTT) - Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Nusa Tenggara Timur Secilia Sona mengatakan ada sejumlah mahasiswa dan dosen pada beberapa perguruan tinggi di wilayah provinsi berbasis kepulauan ini, bergabung dengan kelompok radikalisme.
"Mereka bergabung dengan kelompok radikalisme," kata Secilia kepada pers di Kupang, Rabu, usai dialog antarlembaga dakwah kampus dan birokrasi kampus (goes to campus) dalam pencegahan terorisme yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Ia mengatakan walaupun ada beberapa universitas yang mahasiswa dan dosennya bergabung dengan kelompok radikalisme, namun kondisinya belum terlalu mengkhawatirkan. "Kita terus mengantisipasi pergerakan mereka agar tidak menganggu keamanan dan kerukunan antarumat beragama di NTT," katanya.
Secilia mengatakan mahasiswa dan dosen yang bergabung dengan kelompok radikalisme itu memang tidak menamakan diri sebagai lembaga dakwah kampus, tetapi kelompok itu memang ada. "Kami sudah deteksi sejauh ini, dan memang ada (kelompok radikalisme)," ujarnya.
Ketika ditanya lebih jauh soal perguruan tinggi yang menampung kelompok radikalisme itu, Secilia memilih enggan untuk menjawab nama universitas yang mahasiswa dan dosennya bergabung dengan kelompok radikalisme tersebut. "Semuanya masih dalam pemantauan kami," katanya.
Ia mengatakan program Goes to Campus tersebut memang sengaja digelar karena memang universitas sejauh ini selalu menjadi lokasi masuknya paham-paham radikalisme.
Pengalaman terakhir adalah munculnya video yang menunjukkan sejumlah mahasiswa dari beberapa kampus menyeruhkan Khilafah yang sangat bertentangan dengan Pancasila.
Ia berharap agar dengan adanya dialog bersama dengan 130 mahasiswa dari sejumlah kampus di kota Kupang itu akan terbentuk sebuah forum yang nantinya menjadi pererat kebhinekaan di antara mahasiswa di universitas dalam rangka menolak berbagai paham radikalisme yang masuk ke universitas.
"Kalau dari pemerintah pusat meminta agar dibentuk sebuah lembaga dakwah. Namun kita justru ingin agar namanya forum atau lembaga itu sesuai dengan kearifan lokal daerah NTT," ujarnya.
Secilia juga menambahkan usai dialog tersebut akan ada pertemuan dengan sejumlah perwakilan setiap kampus untuk membahas paham radikalisme tersebut.
Sementara itu, Rektor Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Pater Philipus Tule, SVD mengatakan dalam pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu di Denpasar, Bali, sudah ada penekanan dari kepala negara soal larangan paham radikalisme masuk ke universitas-universitas.
"Syukur...Unwira Kupang sendiri tidak memiliki mahasiswa atau dosen yang bergabung dengan kelompok radikalisme tersebut. Siapa pun mahasiswa atau dosen yang ketahuan bergabung dengan kelompok radikalisme, akan diberi sanksi tegas," katanya menegaskan.
Untuk menangkal masuknya paham radikalimse di Unwira, pihaknya bekerja sama dengan Korem 161/Wirasakti Kupang untuk memberikan pemahamanan tentang nilai-nilai Pancasila agar rasa cinta terhadap Tanah Air semakin ditingkatkan.