Warga Desa Waimatan-Lamagute Tetap Waspada

id gempa

Warga Desa Waimatan-Lamagute Tetap Waspada

Sisa-sisa gempa di Lembata, NTT

BPBD Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur mengimbau para pengungsi, khususnya dari Desa Waimatan dan Lamagute yang ingin kembali ke kampung halamannya agar tetap mewaspa terhadap gempa susulan.
Kupang (Antara NTT) - Badan Penanggulanagan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur mengimbau para pengungsi, khususnya dari Desa Waimatan dan Lamagute yang ingin kembali ke kampung halamannya agar tetap mewaspa terhadap gempa susulan.

"Sebenarnya sudah ada larangan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMB) Geologi yang meminta agar warga kedua desa itu tidak boleh kembali ke kampung halamannya, karena lokasi tersebut sudah tidak layak lagi untuk dihuni," kata Kepala BPBD Lembata Adris Solangdemo saat dihubungi Antara dari Kupang, Jumat.

Selain kedua desa tersebut, PVMB Geologi juga melarang warga salah satu dusun di Desa Lamahora, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata agar tetap dipengungsian sambil menunggu relokasi dari pemerintah ke lokasi yang lebih baik.

Adris menjelaskan bahwa dua warga di desa dan satu dusun itu sudah seharusnya direlokasi atau dipindahkan ke kawasan lain karena menjadi sasaran empuk longsoran, karena berada persis di lereng Gunung Api (Ile Ape) Lewotolok yang tengah "batuk-batuk" itu.

Ia mengatakan kekhawatiran tersebut bukan karena terjadi gempa susulan, namun karena sudah memasuki musim penghujan sehingga longsoran yang disertai batu-batu yang berukuran besar itu pasti akan menimpa mereka.

Sampai sejauh ini, sudah sebagian pengungsi dari kedua desa tersebut telah kembali ke rumahnya masing-masing, karena merasa sudah cukup aman dan sudah cukup lama meninggalkan kampung halamannya setelah diguncang gempa beberapa waktu lalu.

Warga yang masih bertahan di pengungsian saat ini tercatat sekitar 701 jiwa. Mereka sudah tidak lagi  mendapat jatah bantuan kemanusian dari pemerintah dan berbagai donasi.

"Pasokan bantuan untuk pengungsia sudah dihentikan sejak sepekan yang lalu. Kita berharap pengungsi yang mau pulang bisa mendata dirinya agar bisa diantar ke lokasi tempat tinggalnya," tuturnya.

Sebelumnya, pada awal bulan Oktober 2017 terjadi gempa bumi dengan kekuatan berkisar dari 4,5-4,9 SR di Lembata dengan jumlah gempa mencapai belasan kali, sehingga memicu terjadinya longsoran yang mengakibatkan ruas jalan di kawasan tersebut tertutup batu.