Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meyakini Indonesia bisa menjadi pemain utama di industri kendaraan listrik dunia apabila fokus dan memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki.
Moeldoko mengatakan pengembangan kendaraan listrik dapat mendorong penguasaan teknologi industri dan rancang bangun kendaraan nasional dan berpotensi menjadikan Indonesia sebagai basis produksi dan ekspor Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBL BB).
“Peluang untuk berhasil dalam mobil listrik seperti negara lain masih sangat besar karena perkembangan teknologi saat ini belum semapan combustion engine, dan starting point Indonesia relatif sama dengan negara lain,” ujar Moeldoko saat menjadi panelis dalam Investor Daily Summit 2021, Rabu, sebagaimana siaran pers di Jakarta.
Moeldoko yang juga Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) mengaku optimistis Indonesia dapat mandiri memproduksi kendaraan listrik.
Selain karena telah memiliki industri kendaraan konvensional yang matang, Indonesia juga merupakan salah satu negara pemilik cadangan nikel laterit terbesar dunia, yang merupakan bahan baku utama dari komponen termahal kendaraan listrik, baterai lithium.
“Artinya masih banyak potensi yang dapat dikembangkan. Sepanjang didukung dengan insentif fiskal maupun non fiskal yang menarik bagi pelaku industri dan investor, dukungan riset dan pengembangan teknologi dari BPPT maupun Universitas nasional, saya yakin Indonesia dapat memiliki kendaraan listrik karya anak bangsa yang berkualitas dan mampu bersaing di pasar global,” jelasnya.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan permintaan kendaraan listrik secara global diperkirakan terus meningkat dan mencapai minimal 55 juta unit pada tahun 2040. Pertumbuhan ini mengarah pada peningkatan kebutuhan baterai lithium dan diperkirakan 2030 akan ada kebutuhan 500 GWH baterai untuk kendaraan listrik.
“Meningkatnya penggunaan baterai juga mendorong permintaan bahan baku seperti cobalt, nikel, mangan. Pemilik komoditas bahan baku ini akan memegang posisi penting di industri kendaraan listrik dunia,” ujar Agus dalam kesempatan yang sama.
Ia menjelaskan Indonesia adalah salah satu pasar terbesar otomotif di Asean. Dimana produksi mobil diprediksi tumbuh 2 juta unit pada 2025. Hal ini menurutnya menjadi potensi untuk mengembangkan kendaraan listrik.
“Baterai akan menjadi komponen paling berharga karena mewakili 35 persen biaya pembuatan kendaraan listrik. Keunggulan Indonesia adalah kemampuan menyediakan sumber daya nikel terbesar di dunia,” jelas Agus.
Demi menyuburkan industri, Agus mengatakan pemerintah telah menyiapkan insentif fiskal dan non fiskal seperti Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPNBm) nol persen, uang muka rendah, suku bunga rendah, dan lainnya. Perusahaan produsen kendaraan listrik juga akan mendapat tax holiday dan tax allowance.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengatakan PDB per kapita Indonesia sempat berada di level 4.000 dolar AS. Ia menyebut, jika PDB per kapita bisa mencapai 5.000 dolar AS maka penjualan mobil akan meningkat tajam.
“Yang perlu kita perhatikan dari peta pasar, kendaraan di bawah Rp300 juta memiliki porsi pasar terbesar di Indonesia. Jadi jika ingin berkembang, kita harus menekan harga mobil tersebut menjadi di bawah Rp300 juta, sehingga masyarakat mampu membeli,” ungkapnya.
Baca juga: Dibangun SPLU untuk mobil listrik di NTT
Menanggapi hal tersebut, Moeldoko menyatakan pihaknya telah melakukan koordinasi dengan industri keuangan. Tujuannya adalah untuk menyediakan skema pembiayaan yang terjangkau bagi masyarakat untuk membeli kendaraan listrik.
Baca juga: Ultium Charge 360 permudah pemilik mobil listrik
“Selaku Kastaf kemarin saya sudah mengundang pimpinan bank di Himbara untuk berdiskusi dalam mendukung pembiayaan kendaraan listrik. Sementara dari Periklindo akan melakukan sosialisasi kepada publik tentang kendaraan,” jelas Moeldoko.
Moeldoko meyakini Indonesia jadi pemain utama industri kendaraan listrik
...Peluang untuk berhasil dalam mobil listrik seperti negara lain masih sangat besar karena perkembangan teknologi saat ini belum semapan combustion engine, dan starting point Indonesia relatif sama dengan negara lain