Harga gabah di tingkat penggilingan turun

id BPS

Harga gabah di tingkat penggilingan turun

Kepala BPS Nusa Tenggara Timur Maritje Pattiwaellapia (tengah), saat memberikan keterangan pers di Kupang.(ANTARA Foto/Aloysius Lewokeda)

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat harga gabah pada tingkat penggilingan di provinsi itu menurun dari Januari 2018 sebesar 7,03 persen.

Kupang (AntaraNews NTT) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat harga gabah pada tingkat penggilingan di provinsi itu menurun dari Januari 2018 sebesar 7,03 persen.

"Harga gabah tingkat penggilingan pada Januari 2018 sebesar Rp6.400 per kg namun menurun sekitar 7,03 persen pada Februari 2018 menjadi Rp5,950 per kg," kata Kepala BPS Provinsi NTT Maritje Pattiwaellapia di Kupang, Jumat.

Ia mengatakan, penurunan harga gabah juga terjadi di tingkat petani sebesar 10 persen dari Januari 2018 seharga Rp6.250 per kg menjadi Rp5.625 per kg.

Ia mengungkapkan, meskipun harga gabah menurun namun harga beras di provinsi itu justeru mengalami kenaikan pada Februari 2018.

BPS mencatat harga beras jenis premium pada Januari 2018 sebesar Rp10.000 per kg, naik menjadi Rp12.000 per kg pada Februari 2018.

Selain itu harga beras medium juga naik dari Rp9.460 per kg menjadi Rp10.000 per kg, sementara harga beras kelas rendah pada Februari 2018 sebesar Rp10.000 per kg.

Menurutnya, fenomena menurunnya harga gabah namun tidak sejalan dengan harga beras yang justeri naik itu juga terjadi di tingkat nasional.

"Kami juga masih menganalisa kondisi ini, kita masih indikasi bahwa bisa saja harga gabah itu karena belum menjadi beras," katanya.

"Ketika di tingkat penggilingan itu dipilah-pilah mana beras yang bagus dan tidak, itu masih indikasi kami bahwa mungkin saja ada penyimpanan stok gabah di tingkat petani," katanya.

Menurutnya, para petani bisa saja menyimpan stok gabahnya, selain untuk persiapan musim tanam juga dijual dalam jumlah banyak ketika memasuki musim panen.

"Jadi kami di BPS memotret datanya seperti ini, namun apa saja penyebabnya bisa saja dari berbagai faktor lainnya yang perlu dikaji lebih jauh," katanya.

Lebih lanjut, Maritje mengatakan dalam kondisi fenomena harga beras yang masih tinggi itu maka menurutnya gerakan konsumsi pangan lokal perlu digencarkan pemerintah daerah setempat.

Upaya itu untuk menekan harga beras di tingkat masyarakat karena ada sumber makanan lainnya dari pangan lokal yang bisa dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari, katanya.