Kabupaten Manggarai Timur raih penghargaan peringkat dua konvergensi stunting
...Manggarai Timur berada di peringkat ke 2 tahun 2021, pencapaian yang luar biasa karena naik dari peringkat 21 tahun 2020
Kupang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Timur mendapatkan penghargaan peringkat dua penilaian kinerja konvergensi "stunting" (kekerdilan anak) tahun 2021 dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
"Manggarai Timur berada di peringkat ke 2 tahun 2021, pencapaian yang luar biasa karena naik dari peringkat 21 tahun 2020," kata Bupati Manggarai Timur Andreas Agas melalui Sekda Manggarai Timur Boni Hasudungan dalam keterangan yang diterima di Kupang, Senin, (11/10).
Penghargaan tersebut diserahkan oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat dalam kegiatan Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting yang berlangsung di Hotel Sylvia Labuan Bajo.
Sekda mengatakan bahwa hasil yang telah didapat oleh Manggarai Timur tersebut merupakan kerja keras kelompok kerja (pokja) stunting yang ada.
Selain itu, pencapaian itu juga bagian dari kerja kolaboratif berbagai pihak baik di tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten.
Hal itu juga didukung oleh penguatan kapasitas operator penginput data stunting setiap OPD. Selain itu, ada pertemuan rutin antara OPD pengampu yang dilakukan secara berkala untuk mengevaluasi dan merencanakan aksi tindak lanjut.
Sementara itu Gubernur NTT dalam sambutannya menekankan pentingnya kerja bersama dan kesatuan data dari desa sampai kabupaten.
Menurut dia aksi konvergensi berarti kerja bersama, terintegrasi, dan terarah. Oleh karena itu harus ada gerakan kerja nyata dari bupati sampai ke tingkat desa yang dimulai dari data ibu hamil.
Baca juga: Pemkab Matim beri pelatihan bagi pelaku UMKM
Ibu hamil yg mengalami masalah kesehatan dan ekonomi, kata Gubernur Viktor, harus diintervensi segera oleh daerah. Kegiatan operasi timbang dan pengukuran harus diikuti dengan intervensi PMT, sanitasi, air bersih dan intervensi lain yang sesuai dengan masalah di lapangan.
Baca juga: Manggarai Timur targetkan prevalensi stunting 13,50 persen pada 2022
Selain itu perlu koordinasi bulanan antara bupati dan kepala desa untuk mengetahui data stunting setiap bulan sehingga intervensi yang diberikan cepat dan tepat.
"Jika angka persentase stunting masih ada artinya masih ada balita kita yang stunting dan butuh perhatian lebih dari kita," demikian Gubernur NTT.
"Manggarai Timur berada di peringkat ke 2 tahun 2021, pencapaian yang luar biasa karena naik dari peringkat 21 tahun 2020," kata Bupati Manggarai Timur Andreas Agas melalui Sekda Manggarai Timur Boni Hasudungan dalam keterangan yang diterima di Kupang, Senin, (11/10).
Penghargaan tersebut diserahkan oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat dalam kegiatan Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting yang berlangsung di Hotel Sylvia Labuan Bajo.
Sekda mengatakan bahwa hasil yang telah didapat oleh Manggarai Timur tersebut merupakan kerja keras kelompok kerja (pokja) stunting yang ada.
Selain itu, pencapaian itu juga bagian dari kerja kolaboratif berbagai pihak baik di tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten.
Hal itu juga didukung oleh penguatan kapasitas operator penginput data stunting setiap OPD. Selain itu, ada pertemuan rutin antara OPD pengampu yang dilakukan secara berkala untuk mengevaluasi dan merencanakan aksi tindak lanjut.
Sementara itu Gubernur NTT dalam sambutannya menekankan pentingnya kerja bersama dan kesatuan data dari desa sampai kabupaten.
Menurut dia aksi konvergensi berarti kerja bersama, terintegrasi, dan terarah. Oleh karena itu harus ada gerakan kerja nyata dari bupati sampai ke tingkat desa yang dimulai dari data ibu hamil.
Baca juga: Pemkab Matim beri pelatihan bagi pelaku UMKM
Ibu hamil yg mengalami masalah kesehatan dan ekonomi, kata Gubernur Viktor, harus diintervensi segera oleh daerah. Kegiatan operasi timbang dan pengukuran harus diikuti dengan intervensi PMT, sanitasi, air bersih dan intervensi lain yang sesuai dengan masalah di lapangan.
Baca juga: Manggarai Timur targetkan prevalensi stunting 13,50 persen pada 2022
Selain itu perlu koordinasi bulanan antara bupati dan kepala desa untuk mengetahui data stunting setiap bulan sehingga intervensi yang diberikan cepat dan tepat.
"Jika angka persentase stunting masih ada artinya masih ada balita kita yang stunting dan butuh perhatian lebih dari kita," demikian Gubernur NTT.