Hujan akibat pengaruh faktor lokal

id BMKG

Hujan akibat pengaruh faktor lokal

Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun El Tari Kupang, Ota Welly Jenni Thalo.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) El Tari Kupang merilis hujan yang terjadi di beberapa wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur saat ini akibat faktor lokal.
Kupang (AntaraNews NTT) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) El Tari Kupang merilis hujan yang terjadi di beberapa wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur saat ini akibat faktor lokal.

"Memang ada turun hujan pada awal Mei di Kupang, Rote dan Sabu dengan intensitas ringan dan itu karena pengaruh faktor lokal," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun El Tari Kupang Ota Welly Jenni Thalo kepada Antara di Kupang, Jumat (11/5)

Nusa Tenggara Timur saat ini sudah memasuki musim kemarau, namun di beberapa daerah masih diguyur hujan, sebagai akibat dari pengaruh faktor lokal.?

Menurut dia, selain pengaruh faktor lokal, juga ada pelambatan kecepatan angin, serta kelembaban udara yang mendukung terbentuknya awan konvektif yang berpotensi memicu terjadinya hujan.?

Dia mengatakan saat ini wilayah selatan Khatulistiwa, termasuk NTT merupakan daerah yang dilalui angin dari wilayah tekanan tinggi Australia.

Baca juga: Sebagian besar wilayah NTT memasuki kemarau

"Karena wilayah bagian selatan Khatulistiwa pada umumnya sudah memasuki musim kemarau, sehingga angin lebih dominan bertiup dari arah Timur Tenggara atau lebih populer dengan sebutan Monsun Australia," ujarnya.

Ia menambahkan dengan sifat massa udara panas dan kering, maka dalam beberapa hari terakhir ini angin lebih dominan bertiup dari arah Timur Tenggara dengan kecepatan 4-24 KT menuju wilayah NTT.

Ia mengatakan untuk beberapa hari ke depan, wilayah Kupang, Sabu, Rote dan sebagian Sumba bagian timur masih dilanda angin kencang.

Hal ini terjadi akibat adanya tekanan tinggi di Australia, yang berpotensi memicu terjadinya gelombang tinggi di wilayah perairan NTT dalam beberapa hari ke depan.

Tinggi gelombang 2 - 3 meter berpotensi terjadi di Laut Sawu, perairan selatan Sumba, Samudera Hindia selatan NTT, perairan selatan Kupang, Pulau Rote dan Laut Timor selatan NTT.