Pengembangan Garam Bipolo Capai 8.000 Hektare

id Garam

Pengembangan Garam Bipolo Capai 8.000 Hektare

Potensi garam di Teluk Kupang

"Untuk saat ini kita fokuskan pengembangan garam ini di teluk Kupang saja, karena memang potensi pengembangannya sangat besar," kata Ahmad Budiono..
Kupang (Antara  NTT) - Potensi pengembangan garam di desa Bipolo, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur menurut Direktur PT Garam (Persero) Ahmad Budiono, Kamis bisa mencapai delapan ribu hektare untuk lahan pengaraman.

"Untuk saat ini kita fokuskan pengembangan garam ini di teluk Kupang saja, karena memang potensi pengembangannya sangat besar," katanya kepada wartawan di desa Bipolo, Kabupaten Kupang, 45 kilometer dari wilayah Kota Kupang.

Hal ini disampaikannya usai melakukan panen perdana bersama garam Bipolo sebanyak 300 ton yanmg dilakukan bersama Deputi II Sumber Daya Alam dan Jasa (SDAJ) Kementerian Koordinator Maritim Agung Kuswandono

Ia menjelaskan, jika delapan hektare tambak garam tersebut dapat dikembangkan dengan baik maka dalam setahun PT. Garam bisa mengirimkan garam dari NTT menuju ke daerah lain.

"Artinya jika kita berbicara soal mengurangi impor garam maka di sinilah tempatnya, tergantung kita bekerja untuk mengembangkannya," tuturnya.

Hingga saat ini produksi garam yang dikelolah oleh PT. Garam di Madura pertahun bisa menghasilkan 345 ribu ton garam untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia.

Pada 2015 lalu lanjut Ahmad Indonesia masih impor garam dari beberapa negara seperti India sebanyak 2,1 juta ton. Kemudian pada 2016 angka impor garam sendiri meningkat mencapai 3 juta ton namun hingga kini baru sekitar 115 ribu ton yang dihasilkan.

"Artinya saat ini kebutuhan garam di Indonesia semakin banyak. Sehingga keberadaan tambak garam Bipolo sendiri diharapkan menjadi pengurang, impor garam dari luar negeri," ujarnya.

Ahmad menambahkan, saat ini beberapa daerah lain di NTT juga tengah menjadi perhatian mereka untuk pengembangan garam, seperti Ende dan Nagekeo serta Sabu Raijua yang telah dimulai oleh Pemda setempat.

"Namun hingga saat ini kami fokus dulu yang di Bipolo. Tetapi semenjak kami buka lahan ini, beberapa pelanggan sudah tertarik untuk mengolah lahan garam di daerah ini," tuturnya.

Tetapi menurutnya dirinya perlu melihat terlebih dahulu pihak-pihak mana saja yang terbaik untuk dipilih agar bisa mengelolah lahan tambak tersebut.

Deputi II Sumber Daya Alam dan Jasa (SDAJ) Kementerian Koordinator Maritim Agung Kuswandono menilai percepatan swasembada garam khususnya di Bipolo ini akan lebih mudah apabila didukung dengan pembebasan lahan seluas 8000 ha dan dibantu oleh pemerintah.

"Kira-kira 2019 bisa selesai, karena di sini bukan hutan bakau, jadi tinggal bikin tanggul-tanggulnya," tambahnya.

Garam Bipolo sendiri menurutnya sebagai salah satu permulaan yang bagus untuk pengembangan industri garam di Indonesia.