Nelayan Kupang bekerja serabutan selama musim paceklik

id Nelayan

Nelayan Kupang bekerja serabutan selama musim paceklik

Sejumlah nelayan mengisi waktu tak melaut dengan memperbaiki jaring atau pukatnya yang rusak di Kupang, NTT, Jumat (20/7). (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha).

"Semua kapal nelayan cakalang yang berbasis di Kota Kupang masih parkir akibat cuaca buruk, sebagian bekerja serabutan jadi buruh, tukang, kondektur, dan lain-lain," kata Muhamad Nasir.
Kupang (AntaraNews NTT) - Seorang nelayan kapal cakalang yang berbasis di TPI Tenau Kota Kupang, Muahamad Nasir, mengemukakan para nelayan kapal cakalang di daerah setempat mulai bekerja serabutan karena tidak bisa melaut selama musim paceklik atau cuaca buruk.

"Semua kapal nelayan cakalang yang berbasis di Kota Kupang masih parkir akibat cuaca buruk, sebagian bekerja serabutan jadi buruh, tukang, kondektur, dan lain-lain," kata Muhamad Nasir ketika dihubungi Antara di Kupang, Jumat (20/7).

Pemilik sekaligus nahkoda kapal cakalang KM Nurul Hikmah itu mengaku dirinya juga memanfaatkan waktu selama musim paceklik ini untuk memperbaiki kapalnya.

"Jadi selain ada yang cari-cari kerja serabutan, ada yang hanya jaga kapal, renovasi kapal. Paling kegiatan hanya seperti itu saja di saat musim paceklik seperti ini," katanya.

Ia menyebut, jumlah kapal cakalang yang berbasis di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur itu sekitar sekitar 14 unit.

Dengan perhitungan satu kapal ada lebih dari 10 nelayan, lanjunya, maka jumlah nelayan cakalang tidak melaut ada lebih dari 100 orang.

"Memang nelayan tidak berkutik saat cuaca buruk, di sisi lain pasokan umpan hidup dari kapal bagan juga lemah, kecuali yang di Flores dan sekitarnya mungkin masih bisa melaut karena pasokan umpan juga bagus di sana," katanya.

Baca juga: Ribuan nelayan di Kupang belum bergabung di HNSI

Ia mengatakan, para nelayan masih terus memantau kondisi cuaca di wilayah perairan dan biasanya musim paceklik seperti ini berlangsung hingga akhir Agustus.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Kupang Maksi Effendi Ndun, secara terpisah mengemukakan pekerjaan serabutan yang dikerjaan para nelayan setempat selalu menjadi pemandangan lasim ketika musim paceklik.

"Terutama nelayan cakalang yang area tangkapan ikannya di wilayah perairan yang sedang dilanda cuaca buruk seperti selatan Pulau Timor, Laut Sawu dan sekitarnya," katanya.

Ia mengatakan, kesulitan pasokan umpan juga menjadi kendala tersendiri ketika cuaca buruk karena nelayan masih mengandalkan pasokan ikan hidup dari kapal-kapal bagan yang melaut di jarak dekat.

Untuk itu, pihaknya berharap pemerintah daerah memperbanyak usaha budidaya ikan di darat sehingga bisa menjadi pemasok umpan untuk nelayan ketika musim cuaca buruk terjadi.

"Sebenaranya saat paceklik juga masih memungkinkan bisa melaut terutama titik perairan yang lebih tenang, tapi karena cuaca buruk itu selalu diikuti dengan lemahnya pasokan umpan sehingga nelayan hanya pasrah saja," katanya.

Baca juga: Sudah tiga pekan nelayan cakalang Kupang tidak melaut