Microchip dapat mengendalikan lalu lintas ternak

id OEMATAN

Microchip dapat mengendalikan lalu lintas ternak

Dekan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Ir Gustaf Oematan MSi.

Pengamat peternakan dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Ir Gustaf Oematan MSi mengatakan, penggunaan microchip pada ternak besar, dapat menjadi alat yang efektif untuk mengendalikan lalu lintas ternak.
Kupang (AntaraNews NTT) - Pengamat peternakan dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Ir Gustaf Oematan MSi mengatakan, penggunaan microchip pada ternak besar, dapat menjadi alat yang efektif untuk mengendalikan lalu lintas ternak.
     
"Penggunaan microchip itu sangat bagus, karena tidak hanya untuk mencegah pencurian tetapi untuk mengetahui lalu lintas ternak, mendeteksi keberadaan ternak, serta dapat membantu pengendalian ternak dalam arti luas," kata Dekan Fakultas Peternakan Undana itu kepada Antara di Kupang, Senin (27/8).
     
Dia mengemukakan hal itu, terkait penggunaan microchip pada ternak besar di Pulau Sumba, dan apakah bisa diterapkan juga di daerah-daerah penghasil ternak di provinsi berbasis kepulauan itu, serta efektifitas dalam mengendalikan ternak.
     
Menurut dia, penggunaan alat ini sangat baik untuk mengontrol, sekaligus meregistrasi ternak, sehingga daerah penghasil ternak dapat meniru pola yang diterapkan pemerintah di daratan Pulau Sumba.
     
"Teknologi ini tentu baik, tetapi semuanya tergantung pada kemauan pemerintah dalam membuat kebijakan politik anggaran pada daerah masing-masing," katanya.
     
Dia mengatakan, tanpa dukungan anggaran yang memadai, maka peralatan teknologi yang cukup canggih ini tidak bisa diterapkan di daerah lain di NTT.

Baca juga: Cegah pencurian ternak di Sumba dengan Microchip  
 
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sumba Barat Daya Rihimera A. Praing secara terpisah menjelaskan, penggunaan microchip ini sementara hanya untuk mencegah kasus pencurian ternak di daerah itu.
     
Menurut dia, masalah pencurian ternak ini sudah berlangsung secara turun temurun, bahkan para pencuri sudah sangat mahir dalam mengelabui pemilik ternak, yang sudah memasang tanda pada bagian tubuh ternak.
     
Misalnya, di badan ternak ada cap "AP", pencuri dapat mengubahnya menjadi "AB", sementara pemilik yang memberi tanda pada bagian telinga, para pencuri memotong habis telinga ternak itu.

Dia menambahkan, gagasan microchip itu lahir setelah dirinya menonton National Geographic pada salah satu stasiun televisi, yang mempertontontan pemasangan alat tersebut pada ikan paus.    
     
"Pemerintah sebenarnya sudah tidak berdaya lagi menghadapi pencuri, tetapi  suatu hari saya menonton acara National Geographic, dimana dalam acara itu, mereka memasang microchip pada ikan puas, dan bisa dipantau kemana hewan itu pergi," katanya.
     
Dia mengatakan, langsung merespon tayangan di televisi tersebut dengan mencari tahu tentang alat tersebut melalui internet untuk diadakan.
     
"Saat ini sudah terpasang pada sekitar 4.000 ribu ternak besar di daerah itu. Di daerah tetangga yakni Sumba Tengah dan Sumba Timur juga sudah mulai pasang alat ini," katanya.
     
Dia mengatakan, secara perlahan-lahan, kartu ternak akan dihilangkan dan semua ternak besar akan dipasang microchip, karena hasilnya jauh lebih efektif dan efisien.

Baca juga: NTT antarpulau 28.828 ternak sapi