Kupang (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor B Laiskodat menyebutkan produk hutan non kayu NTT mampu bersaing dengan produk hutan non kayu di daerah lain di Indonesia.
“Iklim dan tekanan yang ada di NTT ini berbeda dengan daerah lain. Sehingga hasil hutan seperti madu, dan lainnya, bisa saja menjadi produk hutan non kayu terbaik dari daerah lain, Tetapi, tentu saja itu perlu melalui riset yang mendalam,” katanya di Kupang, Senin (15/8) kemarin
Hal ini disampaikannya usai meninjau lokasi pameran produk-produk hasil hutan non kayu di sela-sela rapat Koordinasi Pokja Produk Perhutanan Sosial (PPS) bertajuk Peranan Perhutanan Sosial Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berketahanan Iklim di Kupang.
Orang nomor satu di NTT itu mengklaim sebagai contoh rumput laut NTT itu adalah salah satu rumput laut terbaik di Indonesia sehingga siapa saja yang membutuhkan harus datang ke NTT.
Baca juga: Icraf Indonesia bahas pengelolaan hutan cegah krisis iklim di NTT
Disamping itu juga dengan kualitas rumput laut NTT yang bagus itu akan mengundang pengusaha untuk melakukan ekspor ke luar negeri.
“Jadi mereka harus datang dan membuat pabrik rumput laut di NTT jika ingin mendapatkan rumput laut terbaik,” tambah dia.
NTT memiliki banyak sekali potensi hutan non kayu yang berkualitas, seperti madu, minyak kayu cendana, minyak kayu putih, dan sudah pasti kualitasnya juga berbeda dengan daerah lain.
Ia percaya dengan kondisi iklim yang gersang, akan melahirkan hasil-hasil hutan yang berkualitas, tidak hanya bagi Floranya tetapi juga Faunanya.
Direktur Bina Usaha Perhutanan Sosial dan Hutan Adat, Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial, Eko Nopriadi juga. mengakui kualitas produk Perhutanan Sosial NTT memiliki kualitas terbaik dan dinilai mampu bersaing di tingkat nasional.
“Pada dasarnya produk-produk lokal NTT itu sudah sangat berkualitas, tinggal dipertahankan dan didorong ke nasional,” ujar dia.
Kepala Bidang Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Lingkungan dan Perhutani Sosial, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTT Anindya WIdaryati menyebutkan pihaknya telah membentuk kelompok kerja (Pokja) Perhutanan Sosial sejak 1 Maret 2022.
Baca juga: NTT apresiasi ICRAF gelar program adaptasi perubahan iklim
“Mereka bertugas memfasilitasi kelompok masyarakat yang ingin mengajukan usulan perhutanan sosial tersebut,” ujar dia.
Ia menambahkan kini berkat Pokja tersebut kini produk hutan non kayu seperti Kopi Bajawa dan Kopi Ngada sudah tembus expo di Eropa.
Gubernur sebut produk hutan NTT mampu bersaing dengan daerah lain
Pada dasarnya produk-produk lokal NTT itu sudah sangat berkualitas, tinggal dipertahankan dan didorong ke nasional