Distan NTT latih 100 petani kembangkan kelor

id Pertanian

Distan NTT latih 100 petani kembangkan kelor

Kepala Dinas Pertanian NTT Yohanis Tay Ruba (ANTARA Foto/Asis Lewokeda)

"Kami sudah latih 100 orang dan akan diperbanyak lagi sehingga mereka betul-betul menyiapkan diri dalam mengembangkan tanaman kelor," kata Yohanis Tay Ruba.
Kupang (AntaraNews NTT) - Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Timur telah melatih sebanyak 100 petani di daerah ini sebagai persiapan untuk mengembangkan tanaman kelor dalam upaya mendukung program Revolusi Hijau yang dicanangkan Gubernur Viktor Laiskodat.

"Kami sudah latih 100 orang dan akan diperbanyak lagi sehingga mereka betul-betul menyiapkan diri dalam mengembangkan tanaman kelor," kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTT Yohanis Tay Ruba di Kupang, Kamis (25/10).

Ia mengatakan, pelatihan ini juga merupakan kelanjutan dari yang sudah dilakukan pihak Wahana Visi Indonesia (WVI) dan perusahaan-perusahaan yang mengembangkan kelor.

Ia menjelaskan masyarakat yang sudah dilatih juga menyiapkan lahan yang diutamakan bebas dari kontaminasi bahan kimia.

"Sementara kami juga mencari lahan marjinal, lahan kritis milik masyarakat, kemudian kami fasilitasi agar dibuka untuk pengembangan kelor," katanya.

Yohanis mengatakan, pengembangan kelor di NTT akan dilakukan secara besar-besaran dan intensif melalui gerakan Revolusi Hijau yang sudah dicanangkan pemerintahan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodar dan Wakilnya Josef Nae Soi.

Baca juga: Distan NTT salurkan 500 anakan kelor ke tapal batas

Pemerintah provinsi, lanjutnya, menargetkan jumlah pohon kelor yang akan ditanam selama lima tahun ke depan sebanyak 50 juta pohon.

Ia mengatakan, tahap awal pengembangannya akan dimulai pada musim hujan atau November 2018. Pihaknya bersama masyarakat telah menyiapkan lahan sekitar 8 hektare yang menyebar pada tiga desa di Kabupaten Kupang yakni Desa Oefafi, Desa Oeteta, dan Desa Pitai.

"Pada lokasi ini akan dikembangkan kelor untuk klaster daun yang hasilnya berupa daun kelor kering yang diperuntukkan bagi kebutuhan industri maupun ekspor," katanya.

Ia menambahkan, pemerintah provinsi melakukan intervensi berupa bantuan benih dan insentif kepada warga untuk menyiapkan lahan serta fasilitas pendukung seperti kawat duri untuk pemagaran dan lainnya.

"Pemerintah hanya memfasilitasi karena ini sepenuhnya milik masyarakat. Sementara untuk lahan yang menjadi aset pemerintah akan digunakan untuk pengembangan benih dan juga demplot," demikian Yohanis Tay Ruba.

Baca juga: 30.000 anakan kelor dukung Revolusi Hijau