Tangani stunting di Cisaat, Puan Maharani hadirkan kelor sebagai solusi
Daun kelor telah terbukti mampu mengatasi malnutrisi di sejumlah negara, sehingga FAO menyarankan konsumsinya bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita...
Kupang (ANTARA) - Lembaga sosial Ketua DPR RI Puan Maharani HaloPuan menggelar penyuluhan terkait pengolahan daun kelor menjadi sumber makanan untuk melawan masalah kekerdilan (stunting) bagi ratusan warga Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Koordinator HaloPuan Poppy Astari, dalam keterangan yang diterima di Kupang, Kamis, (16/3/2023) mengatakan Puan Maharani memandang percepatan penurunan prevalensi stunting tidak bisa hanya diserahkan kepada pemerintah, tapi mesti melibatkan peran aktif warga.
"Ibu Puan menyadari bahwa menangani stunting bukan cuma tugas pemerintah tapi juga warga, karena itu dibutuhkan penyampaian informasi terus menerus agar kesadaran warga akan bahaya stunting makin meningkat," katanya.
Kabupaten, lanjut Poppy, merupakan wilayah di Jawa Barat dengan angka kejadian stunting tertinggi kedua yakni 27,5 persen setelah Kabupaten Sumedang (27,6 persen), berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia 2022 yang dirilis pada Januari 2023.
Angka ini di atas angka rata-rata provinsi sebesar 20,2 persen dan angka rata-rata nasional 21,6 persen.
Oleh sebab itu tim relawan Puan Maharani hadir di masyarakat dengan membawa gagasan memanfaatkan daun kelor sebagai asupan super alternatif dalam mengatasi stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak itu.
Menurutnya, daun kelor memiliki keistimewaan jika dibandingkan sumber pangan lain karena kaya akan mikronutrisi, yakni puluhan jenis vitamin dan mineral, yang sangat dibutuhkan kaum ibu di masa kehamilan dan menyusui serta anak di bawah tiga tahun.
"Daun kelor telah terbukti mampu mengatasi malnutrisi di sejumlah negara, sehingga FAO menyarankan konsumsinya bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Di Indonesia, yakni di Flores Timur, pemanfaatan daun kelor juga telah mampu menurunkan angka stunting hingga separuhnya," katanya.
Kegiatan HaloPuan di Cisaat juga dihadiri oleh Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Sukabumi, yakni Ribka Tjiptaning. Ribka, yang juga seorang dokter, mengatakan kegiatan HaloPuan sangat sesuai dengan visi PDI Perjuangan.
“Ibu Megawati (Ketua Umum PDI Perjuangan) itu yang paling ngotot untuk menurunkan angka stunting,” kata Ribka.
Ia melanjutkan, “Kita ingin 2024 turun hingga 10 persen tapi (penurunannya) lambat, sehingga perlu terus dilakukan sosialisasi dan penyuluhan bukan hanya kepada warga umum, tapi juga kelompok atas seperti yang dilakukan Ibu Mega kepada istri-istri jenderal.”
Ribka melihat masyarakat masih menganggap biasa aktivitas posyandu, seperti menimbang bayi. Padahal, jika berat bayi kurang atau tidak sesuai usianya, itu merupakan peringatan.
“Jadi kegiatan HaloPuan juga sangat membantu program pemerintah karena daun kelor yang sudah dijadikan tepung itu bisa untuk (mengatasi) stunting,” kata Ribka.
Bendahara Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi), Heni Mulyani yang mewakili para kepala desa menyampaikan rasa syukur karena tim HaloPuan bisa sampai ke Cisaat.
Heni melihat tingginya angka stunting di Cisaat, yang lokasinya hanya sekita 5 kilometer dari Kota Sukabumi, dikarenakan tingkat kepedulian warga untuk membawa anak-anaknya ke posyandu masih kurang meskipun para kepala desa sudah bekerja keras mengimbau mereka.
"Oleh karena itu saya berterima kasih kepada tim Mbak Puan Maharani yang bisa hadir di Kecamatan Cisaat,” katanya.
Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Cisaat, Lia Lidiawati. Lia mengatakan penyebab tingginya angka stunting di Kecamatan Cisaat karena warga yang memiliki balita malas datang ke posyandu-posyandu setempat. Ini menyebabkan mereka kurang memahami pola asuh yang baik bagi anak-anak mereka.
“Kami dari kecamatan hampir tiap hari mendatangi posyandu-posyandu untuk menggerakkan warga dan ibu-ibu PKK,” katanya.
Lia menyampaikan apresiasi kepada HaloPuan yang telah ikut membantu pemerintah Kecamatan Cisaat dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana pola asuh dan pola makan yang baik kepada warga. “Ini kegiatan edukasi yang bagus sekali, apalagi ada tambahan inovasi mengenai pemanfaatan daun kelor.”
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Komandan Rayon Militer Cisaat, Kapten CBA Edi Rosana, juga menyampaikan apresiasinya kepada tim HaloPuan. Bersama pimpinan wilayah yang lain di Cisaat, menurutnya, TNI ikut berpartisipasi dalam membantu penyuluhan penurunan stunting.
“Pokoknya, untuk mencegah stunting, pasti TNI bantu,” ujarnya.
Warga peserta kegiatan mengatakan kegiatan HaloPuan memberi banyak informasi yang inspiratif. Maya, seorang mahasiswi, mengaku baru tahu bahwa stunting bisa dicegah sejak dini, yakni sejak dirinya masih menjadi calon ibu dengan cara memperhatikan asupan makanan.
“Saya juga baru tahu bahwa daun kelor ternyata memiliki banyak manfaat,” katanya. “Semoga kegiatan seperti ini tetap berlanjut.”
Demikian pula yang disampaikan Siti Nuraini, ibu dari balita bernama Fawaz Ahsan (2 tahun). “Karena mengikuti kegiatan ini, saja jadi ingin lebih memperhatikan pola makan anak saya, dan ingin memanfaatkan bubuk daun kelor dengan mencampurkannya ke makanan sehari-hari Fawaz karena kandungan gizinya banyak, seperti Vitamin A, B, dan C.”
Di akhir kegiatan ini, HaloPuan membagikan paket makanan tambahan kepada warga peserta, termasuk di dalamnya 400 gram bubuk daun kelor. “Kami bisa menjadikan bubuk kelor ini sebagai makanan tambahan pengganti biskuit,” kata Erna, seorang kader posyandu di Desa Cisaat.
Kegiatan di Cisaat dihadiri oleh 160 warga, yang terdiri dari ibu menyusui dengan balita (di antaranya berstatus gizi kurang), ibu hamil, calon pengantin, dan kader posyandu. Mereka datang dari enam desa di Cisaat, yakni Desa Cisaat, Cibatu, Sukaresmi, Sukasari, Nagrak, dan Sukamanah. Menurut data Pemerintah Kabupaten, empat desa pertama adalah lokus percepatan penurunan angka stunting.
Para peserta tersebut memperoleh penyuluhan tentang apa itu stunting, apa penyebab terjadinya, dan bagaimana cara mencegahnya, yang disampaikan oleh dokter Muhammad Faiz dari Puskesmas Cisaat.
Baca juga: Mensos promosi olahan kelor milik penyandang disabilitas di Sikka, Flores
Baca juga: Dekranasda NTT-Dapur kelor bawa produk olahan kelor tembus pasar ritel
Koordinator HaloPuan Poppy Astari, dalam keterangan yang diterima di Kupang, Kamis, (16/3/2023) mengatakan Puan Maharani memandang percepatan penurunan prevalensi stunting tidak bisa hanya diserahkan kepada pemerintah, tapi mesti melibatkan peran aktif warga.
"Ibu Puan menyadari bahwa menangani stunting bukan cuma tugas pemerintah tapi juga warga, karena itu dibutuhkan penyampaian informasi terus menerus agar kesadaran warga akan bahaya stunting makin meningkat," katanya.
Kabupaten, lanjut Poppy, merupakan wilayah di Jawa Barat dengan angka kejadian stunting tertinggi kedua yakni 27,5 persen setelah Kabupaten Sumedang (27,6 persen), berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia 2022 yang dirilis pada Januari 2023.
Angka ini di atas angka rata-rata provinsi sebesar 20,2 persen dan angka rata-rata nasional 21,6 persen.
Oleh sebab itu tim relawan Puan Maharani hadir di masyarakat dengan membawa gagasan memanfaatkan daun kelor sebagai asupan super alternatif dalam mengatasi stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak itu.
Menurutnya, daun kelor memiliki keistimewaan jika dibandingkan sumber pangan lain karena kaya akan mikronutrisi, yakni puluhan jenis vitamin dan mineral, yang sangat dibutuhkan kaum ibu di masa kehamilan dan menyusui serta anak di bawah tiga tahun.
"Daun kelor telah terbukti mampu mengatasi malnutrisi di sejumlah negara, sehingga FAO menyarankan konsumsinya bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Di Indonesia, yakni di Flores Timur, pemanfaatan daun kelor juga telah mampu menurunkan angka stunting hingga separuhnya," katanya.
Kegiatan HaloPuan di Cisaat juga dihadiri oleh Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Sukabumi, yakni Ribka Tjiptaning. Ribka, yang juga seorang dokter, mengatakan kegiatan HaloPuan sangat sesuai dengan visi PDI Perjuangan.
“Ibu Megawati (Ketua Umum PDI Perjuangan) itu yang paling ngotot untuk menurunkan angka stunting,” kata Ribka.
Ia melanjutkan, “Kita ingin 2024 turun hingga 10 persen tapi (penurunannya) lambat, sehingga perlu terus dilakukan sosialisasi dan penyuluhan bukan hanya kepada warga umum, tapi juga kelompok atas seperti yang dilakukan Ibu Mega kepada istri-istri jenderal.”
Ribka melihat masyarakat masih menganggap biasa aktivitas posyandu, seperti menimbang bayi. Padahal, jika berat bayi kurang atau tidak sesuai usianya, itu merupakan peringatan.
“Jadi kegiatan HaloPuan juga sangat membantu program pemerintah karena daun kelor yang sudah dijadikan tepung itu bisa untuk (mengatasi) stunting,” kata Ribka.
Bendahara Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi), Heni Mulyani yang mewakili para kepala desa menyampaikan rasa syukur karena tim HaloPuan bisa sampai ke Cisaat.
Heni melihat tingginya angka stunting di Cisaat, yang lokasinya hanya sekita 5 kilometer dari Kota Sukabumi, dikarenakan tingkat kepedulian warga untuk membawa anak-anaknya ke posyandu masih kurang meskipun para kepala desa sudah bekerja keras mengimbau mereka.
"Oleh karena itu saya berterima kasih kepada tim Mbak Puan Maharani yang bisa hadir di Kecamatan Cisaat,” katanya.
Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Cisaat, Lia Lidiawati. Lia mengatakan penyebab tingginya angka stunting di Kecamatan Cisaat karena warga yang memiliki balita malas datang ke posyandu-posyandu setempat. Ini menyebabkan mereka kurang memahami pola asuh yang baik bagi anak-anak mereka.
“Kami dari kecamatan hampir tiap hari mendatangi posyandu-posyandu untuk menggerakkan warga dan ibu-ibu PKK,” katanya.
Lia menyampaikan apresiasi kepada HaloPuan yang telah ikut membantu pemerintah Kecamatan Cisaat dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana pola asuh dan pola makan yang baik kepada warga. “Ini kegiatan edukasi yang bagus sekali, apalagi ada tambahan inovasi mengenai pemanfaatan daun kelor.”
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Komandan Rayon Militer Cisaat, Kapten CBA Edi Rosana, juga menyampaikan apresiasinya kepada tim HaloPuan. Bersama pimpinan wilayah yang lain di Cisaat, menurutnya, TNI ikut berpartisipasi dalam membantu penyuluhan penurunan stunting.
“Pokoknya, untuk mencegah stunting, pasti TNI bantu,” ujarnya.
Warga peserta kegiatan mengatakan kegiatan HaloPuan memberi banyak informasi yang inspiratif. Maya, seorang mahasiswi, mengaku baru tahu bahwa stunting bisa dicegah sejak dini, yakni sejak dirinya masih menjadi calon ibu dengan cara memperhatikan asupan makanan.
“Saya juga baru tahu bahwa daun kelor ternyata memiliki banyak manfaat,” katanya. “Semoga kegiatan seperti ini tetap berlanjut.”
Demikian pula yang disampaikan Siti Nuraini, ibu dari balita bernama Fawaz Ahsan (2 tahun). “Karena mengikuti kegiatan ini, saja jadi ingin lebih memperhatikan pola makan anak saya, dan ingin memanfaatkan bubuk daun kelor dengan mencampurkannya ke makanan sehari-hari Fawaz karena kandungan gizinya banyak, seperti Vitamin A, B, dan C.”
Di akhir kegiatan ini, HaloPuan membagikan paket makanan tambahan kepada warga peserta, termasuk di dalamnya 400 gram bubuk daun kelor. “Kami bisa menjadikan bubuk kelor ini sebagai makanan tambahan pengganti biskuit,” kata Erna, seorang kader posyandu di Desa Cisaat.
Kegiatan di Cisaat dihadiri oleh 160 warga, yang terdiri dari ibu menyusui dengan balita (di antaranya berstatus gizi kurang), ibu hamil, calon pengantin, dan kader posyandu. Mereka datang dari enam desa di Cisaat, yakni Desa Cisaat, Cibatu, Sukaresmi, Sukasari, Nagrak, dan Sukamanah. Menurut data Pemerintah Kabupaten, empat desa pertama adalah lokus percepatan penurunan angka stunting.
Para peserta tersebut memperoleh penyuluhan tentang apa itu stunting, apa penyebab terjadinya, dan bagaimana cara mencegahnya, yang disampaikan oleh dokter Muhammad Faiz dari Puskesmas Cisaat.
Baca juga: Mensos promosi olahan kelor milik penyandang disabilitas di Sikka, Flores
Baca juga: Dekranasda NTT-Dapur kelor bawa produk olahan kelor tembus pasar ritel