Jakarta (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkap sumber gempa bumi berupa sesar Rajamandala dan tumbukan dua lempeng benua menyebabkan rawan gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Pelapukan batuan rombakan gunung api muda mengakibatkan terbentuknya tanah gembur dan subur yang ditunjang oleh posisi muka air tanah dangkal.
Batuan rombakan gunung api muda tersebut sebagian telah mengalami pelapukan, dan pada umumnya bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak, memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
Menurut peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi (KRBG) Jawa Barat yang diterbitkan oleh Badan Geologi tahun 2019, daerah-daerah yang mengalami kerusakan bangunan di Desa Sukaraharja, Kecamatan Cibeber.
Daerah itu terletak pada kawasan rawan bencana gempa bumi tinggi yang berpotensi terlanda guncangan dengan skala intensitas gempa bumi lebih dari VIII MMI.
"Untuk mengurangi risiko bencana gempa bumi, bangunan di daerah itu harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi," kata Wafid.
Gempa Cianjur pada 1 Oktober 2023, bersumber dari aktivitas zona penunjaman menengah atau dikenal dengan sebutan gempa bumi intraslab yang mengakibatkan terjadinya kerusakan bangunan di Kampung Sangkali/Layungsari dan Kampung Pasir Munding, Desa Sukaraharja, Kecamatan Cibeber.
Guncangan gempa bumi di lokasi kerusakan bangunan pada skala intensitas IV MMI. Lokasi kerusakan bangunan merupakan dataran bergelombang hingga perbukitan bergelombang yang tersusun oleh endapan kuarter berupa pelapukan dari batuan rombakan gunung api muda.
Baca juga: PVMBG bilang Gempa Karangasem akibat sesar naik busur belakang Flores
Baca juga: Artikel - Menelusuri keindahan warisan geologi Meratus