Kupang (Antara NTT) - PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) menargetkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Peaker 40 Megawatt(MW) di Panaf, Kabupaten Kupang, akan selesai pada akhir tahun 2018.
"Kita targetkan pembangunan PLTMG 40 MW bisa selesai pada akhir 2018 mendatang," kata General Manager PT PLN (Persero) Wilayah NTT Richard Safkaur di Kupang, Selasa.
Dia mengatakan, Bupati Kupang Ayub Titu Eki sudah banyak membantu terkait pembebasan lahan dan selanjutnya setelah pembebasan lahan selseai dan sudah dibayar maka kontruksinya sudah bisa dimulai tahun ini.
Untuk membangun pembangkit tenaga uap, katanya, bisa membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun baru bisa beroperasi.
"Untuk Panaf kita sedang dalam progres, sedang persiapan, dan nanti tanah bebas dan kontrak sudah ditandatangani maka proyeknya langsung bejalan," katanya pula.
Dia menjelaskan, untuk mengatasi kebutuhan listrik jangka pendek di Kota Kupang ibu kota Provinsi NTT maupun daratan Timor, maka pemerintah sudah mendatangkan pembangkit listrik dari kapal (marine vessel power plant-MVPP) berkapasitas 60 MW plus cadangan 60 MW.
Pembakit dari kapal asal Turki itu dikontrak PLN selama lima tahun dan sudah ditempatkan di Bolok, Kupang barat untuk memperkuat kelistrikan pada system Kupang.
"MVPP ini sebagai solusi jangkah pendek untuk pembangkit apakah gardu induk, transmisi, PLTU yang dibangun PLN semuanya direncanakan selesai dan beroperasi tahun 2019," katanya.
Safkaur mengatakan, pemerintah menginginkan agar dalam rentang waktu 2017-2019 ini pertumbuhan investasi tertuama di ibu kota provinsi sebagai kantung ekonomi dan sekitarnya tidak terkendala listrik.
Oleh karenanya, kehadiran MVPP tersebut untuk mengatasi kebutuhan listrik yang merupakan salah satu kebutuhan utama dalam berinvestasi selama rentang waktu tersebut bisa tertatasi.
"PLN harus melayani kebutuhan listrik tersebut, tidak boleh investasi terhambat karena kekurangan pasokan listrik," katanya pula.
Dia menambahkan, setelah pembangun PLTMG Peaker tersebut rampung maka kebutuhan listrik untuk Pulau Timor bisa teratasi jika nantinya MVPP tersebut sudah tidak beroperasi lagi di daerah setempat.
"Nanti setelah kontrak selesai dan kapal listrik ini harus berpindah maka kebutuhan kita tidak lagi bermasalah dari sisi pasokan daya karena ada pembangkit baru," demikian Richard Safkaur.