Masyarakat penerima PKH mengaku meningkat kesejahteraanya

id PKH

Masyarakat penerima PKH mengaku meningkat kesejahteraanya

Warga menunjukkan Kartu Keluarga Sejahtera saat penyaluran bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kupang, NTT,Rabu (20/2/2019). (ANTARA Foto/Kornelis Kaha).

Masyarakat penerima bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) di Kota Kupang mengaku sangat terbantu dengan program pemerintah itu karena mampu meningkatkan kesejateraan mereka.
Kupang (ANTARA News NTT) - Masyarakat penerima bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) di Kota Kupang mengaku sangat terbantu dengan program pemerintah itu karena mampu meningkatkan kesejateraan mereka.

Sumiati Soan, warga Kelurahan Kelapa Lima Kota Kupang kepada Antara di Kupang, Rabu (20/2) mengaku saat ini dirinya sudah tidak lagi menjadi anggota PKH karena sudah bisa mandiri berkat bantuan dari program PKH itu.

"Saya pertama kali menerima bantuan PKH ini pada tahun 2007, saat i tu saya sama sekali tidak punya apa-apa dan hidup serba terbatas. Tetapi sekarang saya bersyukur karena sudah bisa berdiri sendiri tanpa bantuan pemerintah lagi," katanya.

Ia menceritakan bahwa walaupun jumlah bantuannya setiap bulan berkisar dari Rp900 ribu hingga Rp1 jutaan, dirinya berusaha mengelolahnya dengan baik.

Bantuan PKH yang ia terima perbulan itu ia pergunakan untuk keperluan sekolah anak-anaknya, sebab anaknya ada enam orang.

Dengan dukungan dari suami yang bekerja sebagai tenaga serabutan, dirinya berusaha menabung dari dana bantuan itu.

Sehingga pada tahun 2015-2016 dari dana PKH yang ia tabung ia gunakan untuk membangun kos-kosan sebanyak tiga unit dengan harga kamar perbulan mencapai Rp300 ribu yang dirinya sewakan kepada masyarakat yang mencari kos-kosan.

Baca juga: Wagub NTT harapkan masyarakat gunakan dana PKH dengan baik

"Tetapi tetap ada yang disisihkan untuk kebutuhan sekolah anak-anak saya," ujarnya dan menjelaskan usai membangun kos-kosan, dia kemudian membangun dua unit kios yang dikontrakan kepada yang membutuhkan dengan harga per tahun Rp5 juta.

Kemudian dari penghasilan yang dia terima dari kos-kosan dan dua unit kios itu, dia sisihkan untuk kebutuhan keluarganya.

"Karena saya sudah bisa usaha sendiri, maka saya juga berhenti menjadi peserta PKH. Masih banyak ibu-ibu atau keluarga lain yang membutuhkan," tambahnya.

Selain Sumiati, peserta PKH lain yang sudah mandiri dan meninggalkan program itu adalah Kornelia Liubana karena sudah memiliki usaha sendiri berkat dana PKH itu.

"Saat ini saya sudah mempunyai usah ternak ayam yang saya dapatkan dari dana PKH itu," tambah dia.

Ia menceritakan awalnya sebelum menerima dana PKH pada tahun 2008 lalu, kehidupan ekonominya sangat susah.

Namun kata dia, setelah menjadi peserta PKH dan mengelolahnya dengan baik, akhirnya dari dana itu dirinya bisa gunakan untuk menyekolahkan enam anaknya.

Dari dana itu pula, satu anaknya saat ini sudah menjadi polisi, dan satunya lagi sudah menjadi PNS.

"Saya berterima kasih kepada pemerintah karena berkat pemerintah melalui bantuan itu, kehidupan ekonomi saya sudah lebih baik. Sampai-sampai saat ini saya sudah bisa usaha ternak," ujar dia.

Baca juga: Rp2,19 miliar untuk dukung PKH di NTT
Baca juga: Penerima PKH di NTT bertambah 174.000 KK