Kupang, NTT (ANTARA) - Wali Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Christian Widodo meresmikan Kelurahan Naikoten I menjadi kelurahan pertama ramah disabilitas sebagai upaya mewujudkan pembangunan kota yang inklusif.
“Peresmian kelurahan ramah disabilitas ini menjadi bukti nyata bahwa Kota Kupang adalah rumah bersama, di mana semua orang, termasuk saudara-saudara kita penyandang disabilitas, mendapat tempat, akses, dan kesempatan yang sama,” kata Wali Kota Christian dalam keterangannya di Kupang, Selasa.
Menurutnya, konsep inklusi bukan soal belas kasihan, melainkan tentang penghormatan atas hak-hak dasar dan perubahan cara pandang terhadap keberagaman.
“Inklusi bukan soal kasihan. Inklusi itu hak. Hak untuk didengar, hak untuk dilayani, hak untuk ikut membangun kota ini. Kita yang harus berubah cara pandang, tidak melihat perbedaan sebagai hambatan, tapi sebagai kekuatan,” katanya.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada Lurah Naikoten I dan seluruh jajaran, serta organisasi Garamin NTT yang telah berkolaborasi selama dua tahun terakhir untuk menghadirkan layanan publik inklusif di tengah keterbatasan.
Garamin NTT telah berkolaborasi dalam intervensi pendataan ulang penyandang disabilitas yang awalnya hanya 32 orang dan kini terdata sebanyak 59 orang, pembentukan Kelompok Disabilitas Kelurahan (KDK) Kasih yang telah ditetapkan melalui SK Lurah, hingga penyusunan SOP pelayanan publik yang inklusif.
“Saya bangga sekali. Nanti semua lurah kita minta belajar di sini. Belajar cara menyediakan aksesibilitas, bagaimana melayani difabel cukup lewat RT dan WhatsApp tanpa harus datang ke kantor. Ini pelayanan yang berangkat dari kasih dan semangat melayani,” ujar Christian Widodo.
Sebagai bentuk dukungan nyata, ia menyatakan komitmennya untuk menambahkan alokasi anggaran perubahan guna menunjang kebutuhan fasilitas pelayanan di Kelurahan Naikoten I, termasuk perbaikan infrastruktur dan sarana penunjang pelayanan publik.
“Saya sudah bicara dengan Kakak Wakil dan Pak Ketua DPRD. Kantor ini butuh dukungan. Kalau Pak Lurah perlu plafon, komputer, printer, kita bantu. Kita beri penghargaan karena ini contoh kerja nyata,” ungkapnya.
Selain itu ia juga meminta agar ke depan seluruh kegiatan Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang dilengkapi dengan juru bahasa isyarat sebagai standar layanan publik inklusif.
“Setiap event pemkot harus ada juru bahasa isyarat. Saya akan minta Kepala BKAD siapkan anggarannya. Inklusi harus hadir bukan hanya di niat, tapi dalam sistem pelayanan kita,” tambahnya.
Sementara itu Lurah Naikoten I Budi Imanuel Izaac bersyukur dan berterima kasih atas dukungan semua pihak.
Ia menuturkan bahwa predikat ini diraih melalui semangat kolaborasi di tengah keterbatasan, termasuk dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lembaga kemasyarakatan kelurahan.
Kantor kelurahan pun telah dilengkapi dengan fasilitas aksesibilitas seperti jalur landai, railing, serta prosedur pelayanan berbasis kelompok dan jaringan RT-RW untuk menjangkau penyandang disabilitas yang tidak dapat mengakses kantor kelurahan secara langsung.
“Pelayanan administrasi kini dapat dilakukan tanpa harus datang ke kantor. Warga disabilitas cukup menyampaikan kebutuhan mereka lewat RT, lewat WhatsApp, dan pihak kelurahan akan menindaklanjuti,” ucapnya.