Pertumbuhan ekonomi NTT alami perlambatan

id ekonomi NTT

Pertumbuhan ekonomi NTT alami perlambatan

Kantor Bank Indonesia di jalan El Tari Kupang (ANTARA FOTO/Bernadus Tokan)

Bank Indonesia memprediksi, pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada triwulan I 2019 mengalami perlambatan dengan kisaran 4,8-5,2 (yoy).
Kupang (ANTARA) - Bank Indonesia memprediksi, pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada triwulan I 2019 mengalami perlambatan dengan kisaran 4,8-5,2 (yoy).

Demikian hasil kajian ekonomi dan keuangan regional Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yang diterima Antara di Kupang, Selasa (9/4).

Perlambatan diperkirakan disebabkan oleh melambatnya konsumsi rumah tangga seiring usainya momentum hari raya Natal dan Tahun Baru dan libur akhir tahun sehingga masyarakat cenderung menahan konsumsi.

Di samping itu, perlambatan ini juga disebabkan konsumsi pemerintah yang melambat seiring realisasi belanja yang masih cukup rendah pada awal tahun.

Selain impor antar daerah yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan konstruksi pada paruh pertama tahun 2019.

Di sisi lain, menurut Bank Indonesia, investasi/pembentukan modal tetap bruto (PMTB) diperkirakan meningkat, seiring upaya percepatan proyek strategis nasional yakni beberapa bendungan, serta pembangunan pabrik gula dan kelanjutan investasi di sektor pariwisata oleh swasta.

Serta masih terjadinya inflasi beberapa komoditas utama bahan makanan, terutama hortikultura, seiring tingginya curah hujan dan masih cukup tingginya tarif angkutan udara, sehingga membuat rumah tangga cenderung menahan konsumsi.

Baca juga: Pertumbuhan ekonomi NTT pada 2018 sebesar 5,13 persen

Realisasi tertinggi
Menurut Bank Indonesia, secara persentase, realisasi pendapatan APBN pemerintah pusat di Provinsi NTT menjadi yang tertinggi yakni sebesar 877,98 persen atau Rp2,8 triliun, terutama diperoleh dari pajak penghasilan (PPh) sebesar 43,89 persen.

Sementara itu, realisasi belanja pemerintah mencapai Rp41,01 triliun atau 90,02 persen dari pagu belanja tahun 2018 sebesar Rp45,56 triliun.

Meningkat dibandingkan realisasi tahun 2017 sebesar Rp 33,55 triliun (89,31 persen), didorong oleh peningkatan realisasi belanja konsumsi di tengah penurunan realisasi belanja modal.

Upaya pemerintah dalam merealisasikan anggaran sejak paruh pertama tahun 2018 dinilai cukup efektif sehingga secara kumulatif realisasi APBN, APBD provinsi dan kabupaten/kota lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, demikian Bank Indonesia. 

Baca juga: BI : Tahun politik dorong pertumbuhan ekonomi NTT
Baca juga: Pariwisata jadi penggerak ekonomi NTT