Tiket pesawat mahal jadi masalah bagi pariwisata NTT

id Lion AIR

Tiket pesawat mahal jadi masalah bagi pariwisata NTT

Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Abed Frans (ANTARA FOTO/istimewa)

mahalnya tarif transportasi udara saat ini, masih menjadi masalah serius bagi pengembangan pariwisata di provinsi berbasiskan kepulauan ini.
Kupang (ANTARA) - Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Provinsi Nusa Tenggara Timur Abed Frans mengatakan mahalnya tarif transportasi udara saat ini, masih menjadi masalah serius bagi pengembangan pariwisata di provinsi berbasiskan kepulauan ini.

"Mahalnya tiket pesawat sejauh ini memang masih menjadi masalah serius bagi pariwisata kita di NTT," katanya di Kupang, Jumat (17/5), terkait tarif transportasi udara di Tanah Air yang dinilai masih mahal dan dampaknya terhadap pembangunan pariwisata di Nusa Tenggara Timur.

Menurutnya, berbagai upaya promosi pariwisata yang dilakukan untuk peningkatan kunjungan wisatawan tidak memberi dampak yang signifikan jika biaya perjalanan mahal.

Dicontohkannya seperti harga tiket pesawat untuk keberangkatan Jakarta-Kupang yang masih berkisar Rp2,5 juta hingga Rp3 jutaan. Selain itu, tarif keberangkatan dari Kota Kupang ke daerah-daerah kabupaten juga bisa mencapai di atas Rp1 juta.

"Selain tarif mahal, belum lagi ada maskapai yang mulai mengurangi frekuensi penerbangan bahkan ada yang meniadakan. Ini jadi masalah serius, apalagi kita di NTT belum punya penerbangan langsung ke luar negeri sehingga sulit meningkatkan kunjungan wisatawan asing," katanya.

Baca juga: Pariwisata lesu akibat mahalnya tarif pesawat

Menurut Abed, ketika kondisi tarif penerbangan masih mahal maka berbagai kegiatan pariwisata di daerah-daerah akan sulit dijangkau wisatawan dari luar.
"Artinya event yang digelar di daerah jadinya dari kita untuk kita bukan dari kita untuk wisatawan, karena animo dari luar kurang," katanya.

Untuk itu, ia berharap, pemerintah daerah yang terkena dampak mahalnya tarif penerbangan agar duduk bersama mencarikan solusi terbaik bersama maskapai di tingkat pusat.

"Suara-suara dari pemerintah daerah yang terkena dampak juga harusnya sudah ada, sehingga bisa menjadi perhatian serius bagi pihak maskapai penerbangan," katanya.
Pesawat Lion Air saat parkir di Bandara El Tari Kupang, (ANTAR FOTO/dok)