Kupang (ANTARA) - Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur Josef Nae Soi menginstruksikan kepada Dinas Kesehatan NTT untuk segera melakukan langkah-langkah pencegahan penyakit, seperti diare dan infeksi saluran pernapasan atas (Ispa), sebagai dampak dari kekeringan yang tengah melanda daerah ini.
"Saya sudah instruksikan dinas terkait seperti Dinas Kesehatan untuk secepatnya mengambil langkah-langkah pencegahan, mengingat di daerah lain di luar NTT sudah ada informasi soal serangan dua penyakit itu," katanya kepada pers di Kupang, Jumat (5/7).
Hal itu disampaikannya ketika dikonfirmasi soal langkah penanganan penyakit yang dilakukan oleh Pemprov NTT mengingat musim kering mulai melanda daerah itu.
Masyarakat di beberapa daerah di NTT sudah mulai menghadapi kesulitan air bersih. Hal itu terpantau di beberapa daerah di Pulau Timor, seperti Kabupaten Belu serta Timor Tengah Utara.
Bahkan, masyarakat di beberapa tempat di Kabupaten Nagekeo sudah ada yang terpaksa tidak bisa mandi dua kali dalam sehari akibat kekeringan sudah melanda dan air bersih sudah semakin menipis.
Dirinya juga sudah menginstruksikan kepada dinas terkait, seperti Dinas Sosial dan BPBD Provinsi NTT mulai melakukan pendataan terkait dengan persoalan kekeringan.
Baca juga: Waspadalah terhadap penyakit menular
"Harus ada sinergitas untuk mencegah hal ini. Dinas Sosial dan BPBD juga mempunyai peran yang sangat penting, seperti mulai mencegah dampak yang ditimbulkan akibat kekeringan," kata dia.
Wagub Josef Nae Soi juga mengimbau masyarakat NTT tetap menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar agar terhindar dari dua penyakit itu.
Sebelumnya, BMKG Stasiun Klimatologi Kupang mencatat enam di antara 22 kabupaten/kota di provinsi berbasis kepulauan itu berpotensi mengalami kekeringan hebat, yakni Kabupaten Sikka, Kabupaten Lembata, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Belu, dan Kota Kupang.
Berdasarkan hasil monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) hingga 30 Juni 2019, terdapat potensi kekeringan meteorologis (iklim) di sebagian besar Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dengan kriteria panjang hingga eksteim.
Khusus untuk wilayah NTT,berdasarkan monitoring HTH sampai dengan dasarian 3 Juni 2019, pada umumnya mengalami HTH dengan kategori Menengah (11-20 hari) hingga Sangat Panjang (31-60 hari).
Baca juga: Dinkes antisipasi penyakit lingkungan.
Baca juga: Masyarakat Diimbau Waspadai Penyakit Pancaroba