Kupang (ANTARA) - Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nusa Tenggara Timur mencatat, wilayah Kabupaten Rote Ndao memiliki potensi daya tarik wisata alam terbanyak di provinsi setempat yang menyebar pada 63 titik.
“Selain Rote Ndao dengan potensi daya tarik wisata alam terbanyak disusul Flores Timur sekitar 53 titik dan Sumba Barat Daya sekitar 50 titik,” kata Kepala Disparekraf Provinsi NTT Wayan Darmawa dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Kupang, Kamis (15/8)..
Dikemukakan hal tersebut berkaitan dengan hasil pendataan dan perbandingan yang dilakukan pihaknya mengenai jumlah potensi daya tarik wisata di Provinsi NTT berdasarkan tema wisata alam.
Ia menjelaskan, hasil identifikasi potensi pariwisata secara keseluruhan di provinsi setempat, tercatat sekitar 1.185 titik destinasi wisata yang menyebar pada 22 kabupaten/kota.
Destinasi wisata tersebut didominasi wisata alam sebanyak 628 titik atau 53 persen, wisata budaya 431 titik atau 36,4 persen dan wisata minat khusus 126 titik atau 10,6 persen.
“NTT merupakan provinsi dengan destinasi terbanyak skala dunia dan tidak tergantikan di Indonesia,” katanya.
Baca juga: Sulamanda di Kabupaten Kupang mulai dipadati wisatawan
Untuk Rote Ndao sendiri dengan potensi wisata alam terbanyak sudah memiliki objek wisata alam yang sudah terkenal hingga mancanegara yaitu wisata Pantai Nemberala yang juga sebagai lokasi berselancar yang populer.
Wayan mengatakan, saat ini pemerintah provinsi juga membantu pengembangan pariwisata di wilayah terselatan Indonesia itu dengan membangun kawasan wisata baru di Perairan Mulut Seribu.
Pihaknya telah mengalokasikan anggaran sekitar Rp1,2 miliar lebih untuk pengembangan Mulut Seribu bekerja sama dengan pemerintah desa dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat.
“Sehingga nantinya selain Pantai Nemberala ada branding baru destinasi wisata di Rote Ndao yaitu Mulut Seribu yang bisa menjadi pintu masuk untuk menarik minta wisatawan ke daerah itu,” katanya.
Baca juga: Kawasan wisata Mulut Seribu mulai didandani
Baca juga: NTT bangun 22 kawasan wisata berbasis masyarakat