Benarkah minimnya sanitasi air jadi penyebab kekerdilan?

id stunting

Benarkah minimnya sanitasi air jadi penyebab kekerdilan?

Yuliana, warga Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, berfoto di depan jamban kredit hasil pinjaman Koperasi Karya Usaha Mandiri (KUM). (ANTARA FOTO/Laily Rahmawaty/17)

Banyaknya kasus stunting atau kekerdilan yang dialami oleh anak-anak di Indonesia dewasa ini, akibat minimnya sanitasi air yang baik, kata Aldi S Surianingrat.
Kupang (ANTARA) - Banyaknya kasus stunting atau kekerdilan yang dialami oleh anak-anak di Indonesia dewasa ini, akibat minimnya sanitasi air yang baik, kata Senior program manager water.org Aldi S Surianingrat.

"Kurangnya sanitasi membuat masyarakat kita khususnya di wilayah pedesaan banyak yang menderita kekerdilan atau stunting," katanya kepada wartawan di Kupang, Kamis (24/10).

Hal ini disampaikan di sela-sela pelaksanaan workshop pembiayaan air minum dan sanitasi oleh lembaga jasa keuangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Ia mengatakan stunting selain diakibatkan oleh gen, kurangnya gizi yang bagus dan lingkungan yang kotor menjadi penyebab generasi muda Indonesia banyak yang kerdil.

Secara nasional saat ini kurang lebih 10 juta kepala keluarga di Indonesia yang masih buang air besar sembarangan (BABS) akibat tak adanya jamban sehingga menjadi pemicu buruknya sanitasi.

Baca juga: Kepala Desa di NTT diminta gunakan dana desa atasi stunting
Baca juga: Desa Noelbaki, penderita stunting tertinggi di Kabupaten Kupang


"Buat kami jumlah itu sangat besar dan sangat memprihatinkan. Banyak masyarakat yang tak bisa menyambungkan air ke rumah karena minim keuangan," tutur dia.

Oleh karena itu kehadiran mereka di Kupang kata dia bagian dari mengkampanyekan program pinjaman cicilan kepada masyarakat dari lembaga keuangan yang nominal pinjamannya berkisar dari Rp1 hingga Rp2 jutaan.

Sistem pinjaman ini kata dia untuk di wilayah Pulau Jawa sudah berjalan dan justru memberikan dampak yang positif walaupun tidak semua masyarakat di pulau Jawa menerapkan pinjaman uang untuk sanitasi itu.

Ia pun berharap agar untuk lembaga keuangan di wilayah NTT bisa menerapkan hal tersebut untuk membantu masyarakat tidak dalam bentuk bantuan CSR tetapi dalam bantuan bantuan pinjaman yang dicicil per bulan.

Sebab dari data yang dimiliki masalah stunting di NTT memang cukup tinggi, yang tidak hanya disebabkan oleh masalah gen tetapi masalah kebersihan lingkungan.

Baca juga: Angka stunting di Belu diatas 50 persen
Baca juga: 80 desa di Timor Tengah Utara jadi kantong kekerdilan