Desa Noelbaki, penderita stunting tertinggi di Kabupaten Kupang

id Stunting

Desa Noelbaki, penderita stunting tertinggi di Kabupaten Kupang

Kepala Puskesmas Tarus drg Imelda Sudarmadji. (Antara/Maria Klau)

Jumlah penderita stunting atau kekerdilan di Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, merupakan yang tertinggi di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. 
Kupang (ANTARA) - Jumlah penderita stunting atau kekerdilan di Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, merupakan yang tertinggi di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. 

"Saat ini yang terdata oleh kami jumlah bayi dan anak kategori pendek (kerdil) berjumlah 40 orang dan kategori sangat pendek berjumlah 38 orang, sehingga totalnya menjadi 78 orang anak," kata Kepala Puskesmas Tarus drg Imelda Sudarmadji kepada ANTARA di Kupang, Rabu (2/10).

Hal ini disampaikan berkaitan dengan angka stunting yang terjadi di wilayah NTT khususnya di Kabupaten Kupang. Stunting sendiri adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan (kerdil) sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya.

Imelda mengatakan dari data stunting Puskesmas Tarus pada Januari-Agustus 2019 jumlah anak stunting di tujuh desa dalam satu kelurahan yang ada di Kecamatan Kupang Tengah tertinggi memang adalah Desa Noelbaki.

Baca juga: Artikel - Mungkinkah daun kelor bisa mengatasi kekerdilan? Ini penjelasannya
Baca juga: Artikel - Kenapa NTT tetap menjadi sarang stunting?


"Kemudian menyusul Desa Oelpuah 55 orang, Desa Penfui Timur 41 orang, Desa Oelnasi 41 orang, Desa Tanah Merah 34 orang, Desa Oebelo 10 orang, Desa Mata Air 4 orang, dan Kelurahan Tarus dua orang," tambah dia.

Melihat kasus stunting yang cukup tinggi ini, Puskesmas Tarus berkerjasama dengan kepala desa untuk melakukan pelatihan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA) pada kader posyandu, juga bersama pemerintah desa mendata remaja putri dan memberikan obat tambah darah.

"Kita harus perhatikan mereka dari remaja putri karena kekurangan darah mengakibatkan melahirkan anak yang stunting," ujar dia.

Ia juga berharap kiranya dalam menanggulangi kasus stunting ini bukan saja dari pihak kesehatan sendiri yang menangani tetapi juga dari berbagai pihak untuk terlibat aktif dalam mendorong dan mengajak masyarakat melakukan pengecekan secara berkala di posyandu.

"Kita juga mengharapkan dari lintas sektor, kepala desa, ibu PKK harus aktif membantu kami saat turun posyandu untuk mengajak masyarakat lebih rajin datang posyandu," tutur dia.

Baca juga: Lipsus - Gizi buruk dan Stunting yang terus melanda
Baca juga: 80 desa di Timor Tengah Utara jadi kantong kekerdilan