Kupang (Antara NTT) - Umat Hindu di Kupang, Nusa Tenggara Timur diharapkan dapat memaknai hari Raya Nyepi sebagai momentum untuk kembali memupuk rasa persaudaraan dan membangun toleransi umat beragama di Indonesia.
"Pada tahun sebelumnya, negara kita dirundung oleh berbagai macam intoleran. Oleh karena itu, kita ingin umat Hindu dalam tahun Baru Saka ini dapat menjadikan momentum tersebut untuk kembali membangun toleransi umat beragama," kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Kupang Nyoman Widiarta Mahayasa di Kupang, Selasa.
Menurutnya sejak tahun 2016 muncul berbagai masalah yang berkaitan dengan intoleransi yang mana dapat merusak keharmonisan bangsa Indonesia, dan menghancurkan kebhinnekaan bangsa Indonesia.
Bahkan menurutnya ada pihak-pihak tertentu yang berusaha mengadu domba antaragama untuk merusak toleransi umat beragama di negara ini.
Oleh sebab itu, dalam pawai Ogoh-Ogoh yang digelar pada Senin (27/3) kemarin bertujuan untuk membakar semua sifat-sifat negatif yang ada dalam kehidupan masyarakat khususnya dalam kehidupan umat Hindu sendiri.
"Nah pawai Ogoh-ogohan kemarin merupakan saat untuk bakar dan menghilangkan berbagai sifat-sifat jelek kita di tahun yang lalu," ujarnya.
Makna dari perayaan hari Nyepi adalah umat bisa melakukan tapa atau introspeksi diri dan ada yang namanya amati aryo atau tidak melaksanakan aktivitas bekerja selama hari raya sehingga diharapkan tidak melakukan kerja apa saja dan berdiam diri di rumah.
Kalau melaksanaan kerja tentu ada nafsu, artinya ada api di situ jadi kalau sudah dipadamkan apinya berarti tidak boleh bekerja dan hanya berdiam diri.
Selanjutnya ada yang disebut amati lelulangan, artinya tidak bepergian ke mana-mana sebab kalau bepergian maka mata menikmati segala macam godaan duniawi di luar.
Nyoman pun mengharapkan di momen Nyepi ini umat Hindu di Kupang dan seluruh wilayah NTT bisa terus menjaga dan memaknai Nyepi sebagai bagian dari menjaga Toleransi umat beragama.
Nyepi Momentum Bangun Toleransi
"Kita ingin umat Hindu dalam tahun Baru Saka ini dapat menjadikan momentum tersebut untuk kembali membangun toleransi umat beragama," kata Nyoman Widiarta Mahayasa.