Kualitas kelor di Kufeu penuhi syarat ekspor

id Produksi kelor

Kualitas kelor di Kufeu penuhi syarat ekspor

Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat (tengah), saat meninjau lokasi budidaya tanaman kelor di Desa Kufeu, Kecamatan Io Kufeu, Kabupaten Malaka. (ANTARA FOTO/HO-Dinas PMD Provinsi NTT)

"Dari hasil uji laboratorium, kualitas kelor organik di Kufeu sudah memenuhi syarat untuk bisa diekspor, namun dari sisi produktivitas memang masih perlu ditingkatkan ,"kata Lecky Frederich Koli ..
Kupang (ANTARA) - Kepala Bappelitbangda Provinsi Nusa Tenggara Timur, Lecky Frederich Koli mengatakan kualitas kelor yang diproduksi BUMDes di Desa Kufeu, Kecamatan Io Kufeu, Kabupaten Malaka, sudah memenuhi syarat untuk diekspor.

"Dari hasil uji laboratorium, kualitas kelor organik di Kufeu sudah memenuhi syarat untuk bisa diekspor, namun dari sisi produktivitas memang masih perlu ditingkatkan ," katanya di Kupang,Jumat (3/1).

Dia menjelaskan, saat ini, kapasitas produksi tepung kelor di Kufeu masih kecil karena baru menghasilkan sekitar 900 kilogram per bulan. Sedang, permintaan ekspor dari Jepang menginginkan pasokan tepung kelor sebanyak 40 ton per minggu.

Karena itu, lanjut dia, pemerintah provinsi melalui Dinas Pertanian NTT memperkuat fasilitas pendukung seperti rumah kemasan, mesin penepung, dan lainnya.
Gubernur NTT Viktor B Laiskodat (tengah) didampingi Bupati Malaka Stef Bria Seran (kanan) saat meninjau mesin produksi kelor di Malaka, beberapa waktu lalu. (ANTARA FOTO/HO-Dinas PMD Provinsi NTT)
"Dari Dinas Pertanian NTT ada bantuan mesin penepung dengan kapasitas produksi 25 kilogram per jam atau lebih besar dari yang digunakan sebelumnya hanya 10 kilogram per jam," katanya.

Lecky menambahkan, pemerintah provinsi juga mendorong pemerintah desa dan Bumdes setempat untuk memperbaiki kualitas mesin pengering agar mempercepat proses pengeringan daun kelor.

Menurut dia, proses pengeringan kelor yang dilakukan di lokasi produksi tersebut masih lama karena memerlukan waktu hingga tiga hari.

Untuk itu, pihaknya menyarankan agar pengelola mendatangkan mesin pengering yang diproduksi pihak Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang.

"Di Undana kan ada produksi mesin pengering yang bisa mengeringkan kelor dalam waktu 8 jam, harganya sekitar Rp25 juta per unit, sehingga kita minta kalau bisa dari Bumdes beli di sana," katanya.