Kupang (ANTARA) - Pengamat pertanian dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Dr Ir Leta Rafael Levis M Rur Mgnt mengatakan pemerintah perlu membeli jagung hasil produksi petani dan dijadikan sebagai stok di Bulog, untuk mengantisipasi masalah pangan di tengah merebaknya wabah corona virus baru atau COVID-19.
"Petani sekarang mulai memanen jagung. Hasil panen ini perlu diatur oleh pemerintah agar petani tidak menjual kepada pemilik modal, tetapi disimpan atau dibeli pemerintah menjadi stok di Bulog," kata Leta Rafael kepada Antara di Kupang, Senin (6/4).
Dia mengemukakan hal itu berkaitan dengan masa panen jagung di NTT dan bagaimana agar hasil panen ini bisa dijadikan sebagai stok pangan untuk mengantisipasi kekurangan pangan di tengah wabah COVID-19.
Menurut dia, pemerintah bisa menyediakan anggaran untuk membeli jagung hasil produksi untuk dijadikan sebagai stok di gudang Bulog, selain beras.
Baca juga: Pemerintah tambah 4000 ton benih untuk NTT
"Saya kira dalam kondisi seperti saat ini kita tidak boleh hanya mengandalkan beras, tetapi juga pangan lokal dan tidak ada salah jika hasil panen jagung petani kita saat ini dapat dibeli oleh pemerintah untuk dijadikan sebagai stok pangan," katanya.
Berdasarkan pengamatannya, di NTT ini ada pihak yang mendorong petani untuk menanam jagung, tetapi hasilnya dibeli oleh pemilik modal. Tindakan itu tidak salah karena motivasi untuk menanam jagung berorientasi bisnis.
"Tetapi situasi saat ini sebaiknya dipertimbangkan baik-baik, sebab para petani lebih utama untuk mengamankan kebutuhan pangan mengantisipasi efek dari COVID-19," katanya.
Karena itu, lanjut dia, Bulog juga harus bersedia menampung jagung dari hasil panen petani dan bukan hanya beras saja.
Pemerintah diminta membeli jagung hasil produksi petani
"Petani sekarang mulai memanen jagung. Hasil panen ini perlu diatur oleh pemerintah agar petani tidak menjual kepada pemilik modal, tetapi disimpan atau dibeli pemerintah menjadi stok di Bulog," kata Leta Rafael