Kupang (ANTARA) - Pakar ekonomi dari Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang, Frankie J Saelean, SE.MP. mengatakan faktor kesehatan dan keamanan menjadi aspek penentu baru terhadap belanja yang dilakukan wisatawan di tengah kondisi pandemi COVID-19.
"Di tengah kondisi pandemi COVID-19 itu aspek yang menentukan orang untuk membelanjakan uangnya di sektor pariwisata adalah pada aspek kesehatan dan keamanan," kata Frankie J Saelean dalam keterangan yang diterima di Kupang, Selasa 23/6).
Frankie mengatakan hal itu berkaitan dengan upaya menggeliatkan kembali sektor pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terpuruk akibat pandemi COVID-19.
Mantan Rektor UKAW Kupang itu menjelaskan, saat ini industri pariwisata mengalami perubahan yang sangat besar bahkan secara global pada masa pandemi COVID-19 dengan berbagai dampak yang ditimbulkan.
Pertanyaan paling mendasar dari perubahan ini, lanjut dia, adalah bagaimana dengan perilaku konsumen pariwisata. "Apa yang berubah dari cara hidup baru di era new normal ini bagi mereka yang tertarik untuk membelanjakan uang pada sektor pariwisata, ini yang menjadi penting," katanya.
Menurut dia, daya tarik pariwisata yang sebelumnya baik pada aspek 4S (Sun, Sand, Sea, Sex) maupun 5A (Attraction, Activity, Accessibility, Accommodation, Amenity) tidak lagi menjadi faktor dominan penentu belanja wisata setelah adanya pandemi COVID-19 ini.
"Sekarang ini orang begitu khwatir dan takut pada COVID-19 ini sehingga yang paling dipertimbangkan orang untuk datang dan membelanjakan uang pada sektor pariwisata adalah aspek kesehatan dan keamanan " katanya.
Franki Saelean mengatakan, untuk itu, aspek ini perlu menjadi perhatian serias pemerintah di Provinsi NTT ketika menggeliatkan kembali sektor pariwisata di masa normal baru ini yang sudah mulai berlaku di NTT pada 15 Juni 2020.
Ia mengaku sepakat dengan upaya pemerintah provinsi setempat ang saat ini mulai berpikir tentang menggeliatkan kembali pasar pariwisata terutama wisatawan lokal sebagai pasar yang paling potensial untuk saat ini.
"Untuk itu pertanyaan besar adalah seberapa jauh kita di NTT membangun suatu sistem agar orang merasa aman untuk datang ke destinasi-destinasi wisata termasuk menginap, makan minum, dan sebagainya," katanya.
Baca juga: Disparekraf NTT prioritaskan konsolidasi di masa awal normal baru
Baca juga: Sektor pariwisata di NTT mulai bangkit