Kupang (AntaraNews NTT) - Seluruh umat Katolik di dunia Rabu (14/2) mulai memasuki masa prapaskah yang ditandai dengan pemberian abu di kening bagi setiap umat oleh imam dan biarawati.
Di geraja Santo Gregorius Agung, Kecamatan Alak yang menjadi bagian dari Keuskupan Agung Kupang ratusan umat Katolik menjalani misa Rabu Abu yang dipimpin oleh Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Kupang Romo Gerardus Duka Pr.
"Upacara pemberian abu tersebut, dalam tradisi gereja Katolik disebut Rabu Abu atau permulaan masa prapaskah, yakni masa pertobatan, pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri untuk menyambut kebangkitan Kristus yang dikenang umat sebagai Hari Raya Paskah," katanya saat memimpin misa Rabu Abu di gereja tersebut.
Ia mengatakan masa prapaskah yang diawali dengan puasa dimaknai sebagai kesempatan untuk menahan diri. Berhemat untuk tidak melakukan tindakan dan perbuatan yang salah dan berusaha mendekatkan diri dengan Allah sang pencipta.
Masa prapaskah juga, katanya, akan mengubah jiwa yang kering sekaligus mengatasi kebiasaan-kebiasaan buruk seperti mementingkan diri sendiri dan suka marah, boros atau tidak hemat.
Ia juga mengatakan bahwa bertepatan dengan hari kasih sayang atau Valentine Day hendaknya umat Katolik selalu menebarkan rasa kasih sayang kepada sesamanya tanpa memandang suku, ras, warna kulit serga agamanya.
Penorehan abu di kening yang dikenang umat Katolik sebagai Rabu Abu itu berlangsung serentak di semua gereja Katolik di seluruh dunia, dan tradisi keagamaan ini sudah berlangsung berabad-abad lamanya.
Kata dia, Rabu Abu yang dikenang sebagai awal masa prapaskah ini bukanlah sebuah seremoni keagamaan semata, tetapi lebih dari itu menyadarkan semua umat untuk bertobat secara total dan berpantang.
Berpantang bagi umat Katolik merupakan kurban silih atas dosa-dosa yang dilakukan dengan tekun belajar untuk mengendalikan diri serta berpantang daging pada setiap hari Jumat dalam masa prapaskah.
"Jika dikaitkan dengan ilmu ekonomi dalam kehidupan seharian umat, masa ini (puasa dan pantang) merupakan masa untuk berhemat, berinvestasi dan berinkubator karena diyakini bahwa pada hari-hari tertentu seperti Jumat berpantang untuk mengonsumsi lauk dari hewan atau ternak, sehingga mengurangi pengeluaran," katanya.
Sebab, menurutnya, sejak abad ke-12, pantang ditetapkan hanya pada hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat untuk mengenang bahwa Yesus wafat pada hari itu.