Jembatan layang Palmerah layak dibangun

id Palmerah

Jembatan layang Palmerah layak dibangun

Maket jembatan layang Palmerah (Pantai Paloh Tanah Merah) untuk menghubungkan Pulau Flores dan Pulau Adonara sepanjang 800 meter.(ANTARA Foto/dok)

Berdasarkan hasil pra studi kelayakan (feasibility study) terhadap pembangunan jembatan layang Palmerah, menujunkkan bahwa jembatan sepanjang 800 meter itu layak dibangun di Kabupaten Flores Timur.
Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Dinas Pekerjaan Umum Nusa Tenggara Timur Andre Koreh mengatakan berdasarkan hasil pra studi kelayakan (feasibility study) terhadap pembangunan jembatan layang Palmerah, menujunkkan bahwa jembatan sepanjang 800 meter itu layak dibangun di Kabupaten Flores Timur.

"Tahapan pra studi kelayakan sudah tuntas dan menyatakan layak untuk membangun jembatan layang Palmerah (Pantai Paloh Tanah Merah) yang menghubungkan Pulau Flores dan Adonara di Kabupaten Flores Timur," katanya kepada para wartawan di Kupang, Kamis.

Andre menegaskan pembangunan jembatan Pancasila Palmerah tersebut tetap menjadi bagian dari rencana pemerintah untuk direalisasikan, sehingga apa pun alasannya, jembatan layang tersebut tetap dibangun.

Ia menambahkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan sudah bertemu dengan pihak Tidal Bridge selaku investor asal Belanda yang akan membangun jembatan serta pembangkit listrik dari arus laut Selat Gonzalu di selat sempit antara Flores Timur daratah dengan Pulau Adonara itu.

Andre menambahkan Tidal Bridge sudah memiliki mitra kerja di Indonesia dengan PT Wijaya Karya (WIKA), salah satu BUMN dalam negeri yang akan mengerjakan proyek tersebut dari Pantai Paloh di ujung timur Larantuka sampai ke Tanah Merah di Pulau Adonara bagian barat itu.

Ia mengatakan rencana pembangunan jembatan layang sepanjang 800 meter itu sudah sampai pada tahapan pengkajian skema pembiayaan dan pihak investor Tidal Bridge sudah siap membiayai proyek tersebut.

Namun, kapan proyek tersebut akan mulai dieksekusi, tampaknya masih misterius karena hanya menunggu niat baik dari pihak investor untuk memulainya.

"Seperti apa model pembiayaan, bagaimana sistem bagi hasil, dan berapa yang harus dibayar PLN untuk mendapatkan energi listrik tersebut, itu yang sedang dalam pembahasan saat ini," katanya.

Ia mengatakan, pemerintah dan investor terus membahas harga listrik terkait rencana pembangunan turbin listrik di Selat Gonzalu yang terkenal sangat deras itu arus lautnya itu.

"Semula harga listriknya 7,18 dolar per kilowatt hour, waktu itu minus jembatannya, kalau ditambah jembatan menjadi sekitar 14 dolar sekian, ini yang masih dibicarakan," katanya menjelaskan.

Andre Koreh menambahkan sebenarnya rencana pembangunan proyek tersebut sudah memasuki tahap finalisasi untuk dieksekusi sehingga ia berharap tidak ada halangan berarti yang menghambat pembangunan jembatan layang tersebut.

Dari sisi potensi daerah itu sendiri, kata dia, memang sangat potensial untuk dibangun jembatan layang tersebut, dan pihak investor pun siap untuk membiayainya.

"Namun, sekarang yang menjadi misteri adalah berapa besar nilai investasinya. Ini perlu ada gambaran jelas dari pihak investor agar kita juga bisa tahu," demikian Andre Koreh.