Kupang (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan kasus kekerdilan pada anak-anak di provinsi setempat telah menurun sebesar 3,2 persen selama periode Agustus 2020-Agustus 2021.
"Pada Agustus 2020 lalu angka stunting di NTT berada pada 24,2 persen namun pada Agustus tahun ini kita berada di angka 21 persen, ada penurunan kasus sebesar 3,2 persen," katanya dalam siaran pers Biro Humas Setda NTT yang diterima di Kupang, Selasa, (12/10).
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan perkembangan hasil penanganan kasus kekerdilan yang dialami anak-anak di NTT.
Gubernur Laiskodat mengatakan menurunnya kasus kekerdilan ini berkat dukungan intervensi berbagai program perbaikan gizi ibu dan anak yang dihadirkan baik pemerintah daerah hingga pusat maupun pihak di luar pemerintah.
Meski demikian, ia menilai angka penurunan kasus tersebut masih biasa-biasa saja karena masih terdapat sebanyak 80.909 anak di NTT yang mengalami kekerdilan.
Oleh sebab gubernur meminta pemerintah daerah pada 22 kabupaten/kota se-NTT agar meningkatkan kinerja secara luar biasa dalam memerangi kekerdilan.
"Karena jika penurunan kasus biasa-biasa saja artinya kerja kita kurang maksimal," katanya.
Gubernur Viktor juga meminta agar pemerintah kabupaten/kota melakukan langkah-langkah terpadu dan terarah dalam menangani kekerdilan dengan merancang cara kerja yang bagus untuk mengetahui seluruh kelahiran bayi di daerah masing-masing.
Baca juga: Gubernur sebut masih ada 80.909 anak di NTT alami kekerdilan
Dengan rancangan kerja yang bagus, kata dia maka 1.000 hari pertama kehidupan bayi bisa diperhatikan untuk pemenuhan gizi makanan dan kesehatan sehingga potensi mengalami kekerdilan dapat dicegah.
Baca juga: Kabupaten Manggarai Timur raih penghargaan peringkat dua konvergensi stunting
"Karena itu butuh kerja sama berbagai pihak dari dari tingkat desa hingga gubernur karena permasalahan stunting ini merupakan tanggung jawab bersama," katanya.