ASDP Kupang berlakukan sistem buka tutup pelayaran

id Feri

ASDP Kupang berlakukan sistem buka tutup pelayaran

ASDP Kupang terpaksa menerapkan sistem buka tutup pelayaran, akibat tidak bersahabatnya wilayah perairan NTT.

PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Kupang, dalam beberapa pekan ini terpaksa memberlakukan sistem buka tutup pelayaran dari Pelabuhan Bolok Kupang karena cuaca di wilayah perairan yang kurang bersahabat.
Kupang (AntaraNews NTT) - PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Kupang, dalam beberapa pekan ini terpaksa memberlakukan sistem buka tutup pelayaran dari Pelabuhan Bolok Kupang karena cuaca di wilayah perairan yang kurang bersahabat.

"Selama beberapa hari ini pelayaran cukup aman, tetapi kami masih memberlakukan sistem buka tutup pelayaran dari Pelabuhan Bolok ke semua lintasan penyeberangan, sebagai langkah antisipasi dampak cuaca buruk di NTT," kata Manager ASDP Cabang Kupang, Burhan Zahim di Kupang, Jumat (25/5).

Menurut dia, pelayaran baru mulai agak normal sejak 19 Mei, walaupun masih wilayah perairan laut masih dilanda angin kencang dan gelombang. "Sekarang memang masih angin, tetapi angin kan ada tingkat intensitas dan tingkat kecepatannya. Begitu juga dengan gelombang," katanya.

Menurut dia, kondisi di wilayah perairan laut saat ini masih bisa dilalui kapal-kapal motor penyeberangan dengan aman.

Secara terpisah, Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun El Tari Kupang Ota Welly Jenni Thalo mengatakan angin kencang di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam beberapa hari terakhir ini akibat monsun Australia dan Asia.

"Kondisi sekarang ini dominan karena pengaruh aktifnya monsun Australia, dimana ada perbedaan tekanan antara Australia dan Asia. Tekanan udara di wilayah Australia saat ini tercatat 1.033 milibar (mb) dan di Asia 1.010 milibar (mb)," katanya.

Kondisi ini menyebabkan gradien tekanan yang rapat dan berpotensi angin dengan kecepatan di atas 20 satuan kecepatan angin (KT) untuk wilayah yang dilalui angin termasuk wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), katanya.

Faktor lain adalah pada ketinggian 850 milibar terdapat "low level jet" angin dengan kecepatan di atas 20 KT di wilayah perairan utara Flores akibat dari perbedaan tekanan yang sangat signifikan. Kondisi ini tidak hanya mengganggu pelayaran tetapi juga penerbangan antarwilayah di provinsi berbasis kepulauan itu, katanya.

Baca juga: NTT usulkan tambahan empat armada feri
Baca juga: NTT ambil alih pengelolaan tiga pelabuhan penyeberangan